mimbaruntan.com, Untan – Memperingati hari lingkungan hidup sedunia, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan (Fahutan) berkolaborasi bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) Universitas Tanjungpura (Untan) mengadakan webinar bertemakan “Solusi Problematika Lingkungan Hidup Regional Agar Akcaya Kalimantan Barat” pada Sabtu, (5/6).
Dalam sambutannya, Gusti Hardiansyah selaku Dekan Fahutan Untan mengatakan bahwa kegiatan ini akan menjadi gerakan yang masif bagi para mahasiswa Untan untuk menjaga lingkungan. Kepada para audiens, Gusti berharap agar dapat melakukan kontlekasi, introspeksi dan menjawab apa yang sudah disumbangkan kepada lingkungan.
“Diharapkan mahasiswa juga dapat melakukan kegiatan yang terkait dalam rangka memonitor lingkungan hidup menjadi lebih baik, paling tidak dimulai dari apa yang kita lakukan dan dimana kita berada dengan mewujudkan aksi nyata untuk melindungi lingkungan menjadi lebih baik,” harapnya.
Adalah Marcelinus Rudy, pemateri dari Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan memberikan informasi terkait isu-isu strategis lingkungan dan kehutanan, data serta langkah kedepan yang akan dilakukan dalam menanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) dan Penambangan Emas Tanpa izin (PETI).
Rudy mengatakan bahwa pada umumnya tanah yang terdapat di daerah Kalimantan Barat (Kalbar) berjenis tanah gambut, hal tersebut membuat tanah menjadi rawan kebakaran. Maka dari itu, pemerintah membuat Peraturan Daerah (Perda) yang ditujukan pada perusahaan mengenai izin area perkebunan sawit untuk menyediakan atau menyisakan lahan untuk Konservasi.
“Peraturan tersebut tercantum Perda Nomor 6 Tahun 2018. Selain itu pemerintah juga menerapkan kegiatan restorasi gambut seperti replanting, rewetting, revitalization dan rehabilitation pada lahan kritis guna mengurangi potensi banjir,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rudy menjelaskan terkait permasalahan PETI yang kerap terjadi di masa pandemi dikarenakan masyarakat yang kehilangan pekerjaannya dan melakukan pertambangan dengan cara instan.
“Tanpa pikir panjang, masyarakat menginginkan hal yang instan sehingga mereka melakukan penambangan liar tanpa izin dan berakhir merusak lingkungan. Pemerintah memberikan solusi untuk menjadikan lokasi penambangan tersebut dengan melalui proses perizinan terlebih dahulu,” tambahnya.
Bambang Hero Saharjo selaku Departemen Sivikultur Fahutan Institut Pertanian Bogor (IPB) dampak Karhutla bukan hanya sekedar tentang luasan area yang terbakar, tetapi juga meningkatnya gas karbondioksida yang menyebabkan emisi meningkat sehingga perlu adanya penyusunan secara bertahap.
“Korban kebakaran hutan dan lahan seperti manusia dan hewan hewan yang berhabitat disekitarnya kehilangan tempat tinggal. Dampak terburuk dari kebakaran hutan dan lahan gambut di saat kemarau panjang yang menjadi sorotan dunia dapat menurunkan perekonomian, kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, pencegahan ini harus disusun secara bertahap,” imbuhnya.
Webinar ini ditutup dengan sesi diskusi oleh audiens kepada pemateri.
Penulis: Panitia Webinar
Editor: Monica Ediesca