mimbaruntan.com, Untan – Berkaitan dengan jurnalisme damai yang mewartakan seputar isu agama, wartawan dituntut lebih cerdas dan berhati-hati dalam meliput, karena jurnalis menentukan berita tersebut mau dibawa kearah mana, Jum’at (29/4).
“Di dalam isi berita jangan memberikan hal yang provokatif, kemudian stigma perlu dibangun jangan sampai salah persepsi atau belum tentu benar. Dalam jurnalisme damai, media harus berada ditengah-tengah,” ungkap Heriyanto selaku Pimpinan Redaksi Pontianak Post.
Heriyanto menjelaskan, jurnalisme damai berbeda dengan jurnalis yang lain. Berita-berita yang dianggap akan menimbulkan konflik yang begitu luas, sebaiknya tidak dimuat. “Kalaupun ada kejadian-kejadian yang berkaitan dengan suatu kelompok, tidak vulgar dalam pemberitaan. Itu dalam rangka pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Ia juga menambahkan sekarang jurnalis menghadapi tantangan dikarenakan masyarakat yang cenderung beragam. “Beragam itu tidak hanya multi etnis, sekarang ini kita mempuyai generasi yang namanya generasi z, masyarakatnya yang sangat bertakit dengan gadget, android, dan lain-lain,” tambahnya.
Sangadah, sebagai Kepala Sub Bagian Informasi dan Humas (Inmas) Kementerian Agama mengatakan apabila ingin membuat berita jurnalis jangan berisikan informasi yang sifatnya mengadu domba. “Jangan buat berita yang isinya mengadu domba,” jelasnya.
Ia berharap bahwa Informasi itu penting, tanpa jurnalis kita akan ketinggalan zaman, pers itu mencerdaskan. “Pers harus independen, apabila ada kejanggalan cepat di klarifikasi agar tidak timbul fitnah,” tuturnya.
Penulis: Ankgah F
Editor : Dadang Ms