mimbaruntan.com Rumah Tenun Khatulistiwa terletak di Gang Sambas Jaya, Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi salah satu lapangan pekerjaan masyarakat setempat. Rumah yang didirikan sejak 1999 dilatarbelakangi konflik etnis kala itu tak hanya menghasilkan kain tenun, tetapi juga produk seperti syal, tas, songket, dan lainnya. Kurniati selaku pelopor pendiri rumah tenun, berhasil memberdayakan warga sekitar. Bermula dari hobi kini ia dapat membantu perempuan setempat untuk berkontribusi mendongkrak perekonomian keluarga.
“Pelan-pelan ibu mengajak ibu-ibu rumah tangga sekitar untuk ikut belajar dan membuat kain tenun yang pekerjaan sehari-harinya hanya melakukan aktivitas rumah, kan kita mau sama-sama maju, sama-sama bangkit untuk menambah perekonomian keluarga, apalagi rumah tangga, mereka mau kerja di tempat lain juga gapapa, kita juga gak boleh ngelarang mereka,” ungkap Kurniati saat diwawancarai pada Minggu, (1/9).
Baca Juga: Melestarikan Kampung Gambut Siantan Hilir Melalui Peran Aktif Generasi Muda
Kurniati terbuka untuk siapapun yang ingin bekerja. Para karyawan juga dibebaskan untuk membuka usaha sendiri. Walaupun pembuatan kain memakan waktu yang lama, hasil yang didapatkan juga cukup memuaskan. Ia menjelaskan harga satu kain tenun beragam, tergantung dengan motif kain tenun.
“Jika bisa menghasilkan satu minggu satu lembar kain itu yang kita gaji. Harganya juga berbeda-beda, mulai dari lima puluh ribu hingga belasan juta, tergantung kerumitan motif kain tenun, upahnya sesuai dengan kerumitan motif, bahan baku,” ucap Kurniati
Menurut Kurniati pemerintah memiliki peran penting untuk pemasaran produk tenun guna menyokong serta mendukung UMKM Lokal. Ia mengharapkan agar pihak pemerintah menggunakan tenun tersebut supaya lebih dikenal.
“Karena pemerintah berperan penting dalam promosi itu. Dimulai dari pemerintah dulu gitu, baru yang lain pasti akan semakin kenal tenun. Majukan UMKM lokal dulu baru produk luar negeri,” harap Kurniati.
Baca Juga: Kawal Pembatalan RUU Pilkada, DPRD Kalbar Tak Berani Ambil Sikap
Salah satu warga yang ikut memproduksi kain tenun adalah Ria. Ia sudah mulai belajar menenun sejak Sekolah Dasar (SD) dan sekarang bekerja sambilan membuat tenun untuk menambah penghasilan. Kain tenun yang dibuatnya dititipkan kepada Kurnia.
“Sebenarnya iseng-iseng aja sih kak, buat nambah penghasilan dan penghasilannya juga masih dibawah satu juta, soalnya kita kan ambil upah juga dan saya sambil bekerja juga,” ujar Ria.
Sebagai perbincangan Ria menambahkan harapannya untuk kampung tenun agar dapat lebih terkenal lagi dan dia juga ingin membuka pelatihan tenun.
“Kalau saya sih berharap ini nih makin maju, terus semakin dikenal, banyak juga peminat untuk membeli produknya dan pengen juga buka pelatihan untuk masyarakat umum, cuma masih belum sih,” tutup Ria.
Penulis: Anggun Jumiarti, Anugerah Az-zuhri Rahman, Nur Sabiha
Editor: Mira