mimbaruntan.com, Pontianak – Beberapa mahasiswa Pertanian tidak setuju dengan peraturan mengenai penghapusan rambut gondrong. Erik, mahasiswa Agroteknologi semester lima mengungkapkan ketidaksetujuannya. “apa alasan yang berat untuk menghapuskan gondrong, sedangkan gondrong tidak mempengaruhi nilai akademik” ujarnya.
Ia juga menambahkan, gondrong bukan berarti arogan ataupun menunjukkan kesenioritasan. Ia bahkan ingin merubah konsep pemikiran seseorang, bahwa bukan semua yang gondrong itu negatif. “kami mahasiswa punya hak masing-masing, seperti hak kebebasan, mustahil kemerdekaan kami mau direbut dengan dilarang rambut gondrong” ungkap Erik saat ditemui di UKM Pertanian, Kamis (11/12).
Toni juga sependapat dengan Erik. Ia menegaskan bahwa rambut tidak ada hubungannya dengan perkuliahan dan menurutnya sosialisasi ke mahasiswapun masih kurang, sehingga banyak mahasiswa yang tidak mengetahui peraturan tersebut.
Begitu juga dengan Deo, ia menganggap bahwa kebanyakan mahasiswa gondronglah yang menjalankan kegiatan-kegiatan. Menurutnya gondrong juga bisa rapi.
“kalo alasan dari peraturan tersebut hanya untuk rapi, tinggal pake kemeja jak tiap hari kekampus, rambut diikat, celana ndak pake yang bolong-bolong” ungkap Deo mahasiswa semester tiga.
Oleh : Isa Oktaviani dan Tarida Manullang