mimbaruntan.com, Untan – Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan yang terus mengalami kenaikan di Indonesia menjadi perhatian banyak kalangan. Sadar akan pentingnya dukungan serta ruang aman tersebut membuat banyak pihak di Kalimantan Barat (Kalbar) menggabungkan diri dalam KOMPAKS.
KOMPAKS (Koalisi Muda Peduli Anti Kekerasan Seksual) merupakan adalah gerakan anak muda yang terdiri dari akademisi, individu, dan mewakili organisasi dan juga komunitas dari lintas isu. Dari sana, muncul kesadaran untuk saling membantu dan memberikan pendampingan serta ruang aman bagi para perempuan baik penyintas maupun yang baru berpotensi menjadi korban. Hal ini tidak terlepas pula dari fakta bahwa siapa saja dapat menjadi korban tanpa melihat latar belakang apapun.
Keberadaan KOMPAKS tidak terlepas dari kampanye 16 HAKTP (Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan) yang diinisiasi oleh Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan Perempuan. Dengan adanya KOMPAKS, diharapkan dapat menjadi wadah bagi semua orang untuk ikut serta dalam membantu serta mewujudkan lingkungan yang bebas dari kekerasan seksual.
Nings Lumban Toruan, satu diantara anggota KOMPAKS menyatakan bahwa 16 HAKTP penting dikampanyekan dalam konteks Kalbar karena menjadi sumber keresahan bersama bagi banyak kalangan saat ini.
“Setiap anggota pastinya memiliki keresahan masing-masing terhadap kekerasan seksual, yang diperoleh dari pengalaman hidup mereka secara pribadi dan ketika berada dalam lingkungan komunitas dia berada,” ungkapnya pada Selasa (30/11).
Ia juga menambahkan bahwa kekerasan seksual yang dikampanyekan KOMPAKS merupakan bentuk dukungan guna tercipta sistem baik yang dapat mengatur masalah tersebut selanjutnya.
“Satu isu yang dibahas anggota KOMPAKS saat ini adalah isu kekerasan seksual yang marak terjadi di institusi pendidikan, karena kurangnya sistem yang mendukung pencegahan dan penghapusan kekerasan seksual,” tambahnya.
Rangkaian Aksi Kampanye KOMPAKS:
Terdapat 16 organisasi dan komunitas di Kalbar yang telah tergabung ke dalam koalisi yang konsen pada isu kekerasan seksual ini. Adapun organisasi tersebut ialah mahasiswa, akademisi dan pegiat independent di Kalbar, Aksi Kamisan Pontianak, Dema Fakultas Syariah IAIN, Elpagar, Hima Prodi Hukum Keluarga Islam, Gemawan, Gerakan Perempuan Pontianak, Kohati, Khalsa, LPM Mimbar Untan, LPM Warta IAIN Pontianak, Perkumpulan Rumah Diskusi, RPA Kalbar, Pemuda Satu Dalam Perbedaan (SADAP) Indonesia, Sejuk Kalbar dan juga Suar Asa Khatulistiwa.
Melalui gerakannya, KOMPAKS dalam 16 HAKTP turut melakukan berbagai rangkaian aksi yang menyajikan edukasi kepada masyarakat khususnya tentang kekerasan seksual, seperti kampanye di sosial media, nonton bareng, diskusi publik dan seminar nasional, menggelar pameran dan mimbar seni, serta melakukan diskusi forum sehingga pemahaman terhadap isu tersebut dapat lebih baik.
Pada Jumat (3/11/2021) pukul 19.00 WIB telah digelar Mimbar Seni di Kafe Rumangsa Kopi, Jl Karangan nomor 1, Kompleks Universitas Tanjungpura (Untan).
Sehari berikutnya, Sabtu (4/11/2021) pukul 13.00 telah dilaksanakan pula seminar nasional bertajuk “Kekerasan Seksual di Kampus” yang akan menghadirkan pembicara dari Komnas Anti Perempuan, Korps Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional (Komahi) Universitas Riau, dan Direktur Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK). Seminar nasional ini akan diselenggarakan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak.
Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan pameran “REDAM” dan diskusi tentang Permendikbud nomor 30 tahun 2021, di Kafe Bermuda, Jl Pulau We, Selasa (7/12/2021) pukul 19.00 WIB.
Nings kembali menuturkan bahwa melalui rangkaian aksi KOMPAKS ini ia berharap agar gerakan yang dilakukan dapat menjangkau masyarakat luas, khususnya kampanye yang diproduksi dimedia online yang dapat menjangkau masyarakat dan dapat diasumsikan sebagai pusat produksi pengetahuan.
“Secara khusus, kampanye ini ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang memiliki pemahaman kekerasan seksual, untuk mendukung korban bersuara terhadap masalah yang sedang dialaminya,” terangnya.
Terakhir, Nings mengungkapkan bahwa dengan adanya KOMPAKS dan serangkaian kampanye yang dilakukan agar dapat tercapai goals bersama khususnya tentang kesadaran dan kepedulian lebih dalam tentang kekerasan seksual dalam masyarakat.
“Tentu kami berharap, melalui kampanye ini dapat terbangun pemahaman terhadap kekerasan seksual di Kalbar, lingkungan yang saling mendukung korban KS untuk bersuara, serta adanya upaya dari pimpinan atau institusi dan lembaga untuk menciptakan sistem yang dapat serta mencegah KS dilingkungan masing-masing,” pungkasnya.
Penulis: Rio Pratama (anggota KOMPAKS Kalbar)
Editor: Monica Ediesca