“ Kemarin Kau Meninggal Hari Ini Kau Lahir, Oleh Sebab Itu Gagasan Dan Pemikiran Mu Tak Pernah Mati ”
Soe Hok Gie atau yang akrab di panggil Gie, seorang aktivis mahasiswa keturunan tiongha yang lahir 17 Desember 1947. Ia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia yang sangat aktif mengkritisi orde lama yang iya anggap para tokoh yang berkuasa sebagai orang-orang yang berkhianat terhadap kemerdekaan. Gie juga dijuluki bapak Pecinta Alam Indonesia, karena ia merupakan bagian dari mahasiswa yang merintis organisasi Mapala ( mahasiswa Pecinta Alam) di kampusnya dan menjadi organisasi Mapala pertama di Indonesia. Namun sayangnya ia harus mati muda di usia sudah hampir menginjak yang ke 27 tahun pada tanggal 16 Desember 1969 saat mendaki Gunung Semeru, Gunung tertinggi di Tanah Jawa dan ia meninggal tepat satu hari sebelum hari ulang tahunnya. Dan saat ini adalah kita mengenang 50 tahun kematiannya dan 77 tahun kelahirannya.
Berbicara tentang pemikiran & gagasanya Gie adalah sosok yang menjadi icon atau tokoh dalam gerakan mahasiswa saat itu. Pemikirannya yang brilian, dan rasa nasionalisme yang tinggi serta kepeduliannya kepada bangsa ini membuat gie benar-benar melakukan perjuangan untuk membebasakan Indonesia dari berbagai permasalahan baik itu ekonomi, sosial, politik, hukum, kemanusian dan ketidakadilan. Hal menjadi pemacu Gie melakukan perlawan dan kritikan baik itu melalui, tulisan, diskusi, maupun aksi domonstran di jalanan. Bahkan ketika ia selesai menjadi mahasiswa dan berprofesi sebagai dosen ia masih aktif mengkritisi pemerintah yang kala itu sudah berganti ke orde baru, bahkan teman seangkatannya yang duduk di parlemen tidak luput dari kritikannya. Tidak jarang Gie yang merasa begitu muak dengan kehidupan politik Ibu kota, ia biasanya pergi mendaki gunung bersama-sama teman seorganisasi Mapala dengannya. Bagi Gie mendaki gunung adalah bentuk mencintai dan mengenal Indonesia lebih dekat, karena dengan mendaki gunung ia merasakan dan melihat kehidupan di pedesaan mengenal masyarakat, tradisi, dan budaya dengan begitulah ia katakan alasannya mendaki gunung. Sikap Patriotisme dan nasionalisme tidak bisa tumbuh dari slogam maupun poster-poster, akan tetapi sikap itu tumbuh dengan cara mengenal Indonesia lebih dekat salah satunya ialah naik Gunung.
Gie adalah sosok yang bebas dan idealis, dia selalu merefrensetatifkan dirinya sebagai manusia yang merdeka. Maka dari itu pemikiran dan aksinya selalu berusaha untuk membebaskan rakyat secara merdeka seutuhnya dari cengkraman pemerintah yang saat itu di anggap Gie telah jauh dari nilai perjuangan bangsa ini. Kepededulian Gie yang tinggi telah mengantarkannya untuk melihat semua penderitaan rakyat saat itu dan berjuang melawan pemerintah orde lama yang di anggapnya kebijakan politik saat itu menjadi penyebab semua persoalan. Rasa kejujuran juga mendorong gie untuk peka terhadap kehidupan sosial & kemanusian. Maka dari itu dia tidak pernah melihat semua persoalan yang terjadi dari satu sudut pandang saja yang artinya gie selalu berusaha melihat persoalan lebih objektif dengan menerapkan rasa kejujuran sebagai nilai yang digunakan untuk peka dan peduli kepada permasalahan sosial & kemanusiaanya.
Baginya keadilan dan kemanusian lebih penting dari segala bentuk apapun, oleh sebab itu beberapa karya buku dia seperti catatan seorang demonstran, soe hok gie sekali lagi, orang-orang di persimpangan kiri jalan, zaman peralihan, dan di bawah lentera merah dari isi beberapa karyanya ini telah menggambarkan sikap Gie yang kritis, idealis, jujur, nasionalis, dan peduli terhadap bangsa ini. Bebrapa isi dari karya dia dengan tegas dan lantang mengkritisi persoalan kemanusian, yang menurutnya setinggi apapun kepentingan di bangsa ini kepentingan kemanusian adalah prioritas yang harus di utamakan. Hal ini bisa dilihat ketika saat pembataian yang dilakukan oleh PKI di madium 1948 Gie dengan tegas dan lantang menentang pristiwa tersebut, namun ketika pemerintah membantai habis para anggota PKI tanpa di adali Gie juga dengan lantang menyuarakan keresehan melalui tulisan mengkritisi pemerintah yang sudah menghabiskan ratusan bahkan ribuan para anggota PKI yang belum tentu semuanya terlibat. Dari sini kita bisa melihat keberanian Gie yang peduli terhadap persoalan kemanusian secara jujur dan objektif, yang menurutnya apapun permaslahan yang melatar belakangi sebuah pristiwa, nilai kemanusian harus ditanamkan serta dari kelompok dan golongan mana pun manusia harus mendapatkan keadilan.
Melihat sosok gie yang begitu aktif dan peduli terhadap persoalan bangsa maupun sesamanya ini ada suatu situasi dimana ia tidak bisa hindari yaitu Gie selalu merasa kesepian. Dia selalu mendapat julukan sang idealis yang, dikarenakan tajamnya pemikiran gie mengkritisi pemerintah membuat gie terkadang di jauhi oleh teman-temannya karena di anggap terlalu berbahaya dan dapat mengancam keselamatan akan tetapi walupun di jauhi namun masih banyak yang tetap merasa simpati. Gie juga tetap menjadi seorang manusia yang tetap konsisten dengan pemikiran idealisnya, bagaimana tidak ketika ia bersama-sama rekannya mahasiswa berjuang menumbangkan orde lama dan ketika orde lama telah runtuh serta berganti ke orde baru rekan-rekan seperjuangannya itu merapat ke pemerintahan dan duduk sebagai anggota legislative. Namun gie tetap idealis dan memilih kembali ke dunia perkuliahan menyelsaikan studinya dan menjadi dosen di kampusnya, ia juga masih aktif mengkritisi teman-teman seperjuangannya dulu yang duduk di barisan pemerintah yang menurutnya tidak bisa ambil banyak peran menyelsaikan pesoalan bangsa ini.
Lantas melihat sosok seorang manusia bebas seperti Gie tersebut,tentunya banyak pertanyaan andai saja ia tidak mati muda, dan masih hidup sampai sekarang apa yang akan iya perbuat melihat semua persoalan bangsa ini. Melihat pristiwa yang terjadi di negeri ini baik itu pristiwa yang pernah terjadi dahulu ataupun yang baru terjadi sekarang. Andai saja Gie masih hidup, akan menjadi apakah dia sekarang ? menjadi politisi, menjadi anggota legislatif, eksekutif, bagian dari lembaga negara, seorang ahli politik, dan lain-lainnya atau tetap konsisten di barisan oposisi pemerintah. Saya rasa tidak ada yang tahu jika Gie masih hidup iya akan menjadi apa, walaupun ia telah meninggalkan kita semua, di usianya yang masih muda kita tetap bersyukur rangkain pemikirannya yang di tinggalkannya melalui beberapa karya bukunya masih bisa kita baca dan pahami. Tentunya kita berharap semoga masih banyak para aktivis mahasiswa ataupun masyarakat pengagum pemikiran Soe Hok Gie ini akan terus berkembang dan dapat merefresentatif dari pemikiran Gie, semoga wujud dan jiwa Gie masa kini terus tumbuh dan berkembang.
Penulis : Jimmi Abraham ( Ketua DPM FISIP Untan Pontianak)