mimbaruntan.com, Untan – Babak Pleno II Sidang Umum Keluarga Besar Mahasiswa (SU-KBM) Universitas Tanjungpura (Untan) dilaksanakan pada Sabtu (8/1) hingga Minggu (9/1) berisi agenda pembahasan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Untan.
(*) Tercatat ada 38 progja yang direncanakan oleh BEM Untan pada awal kepengurusan. Namun, 35 progja terealisasi dengan tidak maksimal, sedangkan 3 lainnya tidak terealisasi.
Selain itu, dari beberapa progja yang terealisasi, terdapat sembilan progja yang persentasenya di bawah seratus persen, yaitu Rapat Bareng (50%), Road Administration Together (50%), Ruang Diskusi UKM (33%), Kunjungan BEM Untan (50%), Jadwal Piket (80%), Perempuan Mengkaji Isu (50%), Aksi Jalan Bareng BEM Untan (80%), Aksi Peduli Lingkungan (50%) dan BEM Peduli (60%). Sementara tiga progja yang tidak terealisasi adalah Beasiswa Peduli, Beraksi Bareng Perempuan, dan Pelatihan Aksi.
Berdasarkan paparan dari Presiden Mahasiswa (Presma), Sy. Arifin Habibi menyebutkan bahwa dari 83 angggota BEM Untan terdapat sebelas anggota yang kurang aktif dan satu anggota yang mengundurkan diri dengan indikator penilaian keaktifan anggota berasal dari masing-masing kementerian.
“Untuk penilaian kita berdasarkan per kementerian. Jadi kita tidak bisa menilai berdasarkan kehadiran di kegiatan besar. Jadi secara keseluruhan, dibeberapa bulan belakangan ini kami memang tidak bisa menghadirkan mereka secara keseluruhan. Tapi di beberapa kegiatan di kementerian masing-masing, pengurus itu aktif. Jadi kita menilainya beradasarkan demikian,” jelas Arifin untuk menjawab pertanyaan dari forum.
Walaupun dengan jumlah pengurus yang terbilang banyak, beberapa program kerja masih tidak terlaksana sepenuhnya. Hal ini pun dijawab oleh Arifin bahwa beberapa anggota merasa jenuh dan banyak dari mereka yang masih berada di kampung.
“Ya memang agenda per-kementerian kawan-kawan memang ramai. Tapi mungkin seiring berjalannya waktu, kawan-kawan mulai merasa jenuh. Dan lagi, kita sudah menghimbau kepada kawan-kawan, tetapi berhalangan hadir. Memang ada yang bermasalah, ada juga yang berada di luar kota atau masih di kampung halaman,” ujarnya.
Hilangnya ‘kehadiran’ Arifin dalam kepengurusan pun dinilai forum menjadi salah satu penyebab tidak berhasilnya beberapa progja. Arifin kemudian memberitahukan kondisi kesehatannya pasca mengalami kecelakaan yang memerlukan waktu lama dalam proses penyembuhannya, sehingga membuatnya harus absen dalam beberapa kegiatan. Walaupun begitu, koordinasinya dengan rektorat dan anggota BEM Untan sendiri tetap berjalan.
Terlepas dari keaktifan anggota yang bertanggungjawab atas terlaksananya progja yang tertera di dalam LPJ, muncul pertanyaan dari salah satu peserta forum mengenai tolak ukur dari persentase keberhasilan progja yang dinilai rancu, sebab terdapat ketidakjelasan parameter keberhasilan dan hanya terwakili oleh angka saja.
Misalnya pada progja Ngobrolin Untan yang diselenggarakan oleh Kementerian Advokasi dan Kesejahteraan mahasiswa dengan persentase keberhasilan seratus persen. Di dalam LPJ, parameter keberhasilannya adalah terlaksananya kegiatan ini sebanyak dua kali dalam kepengurusan. Namun, pihak BEM Untan tidak menjelaskan lebih lanjut tolak ukur yang menunjukkan bahwa tiap kegiatannya berhasil terlaksana sepenuhnya, sehingga hal tersebut hanya menjadi angka dengan data yang kurang jelas.
Kemudian, SU-KBM dilanjutkan dengan LPJ dari kementerian-kementerian lainnya. Pada LPJ Kementerian Perempuan, terdapat progja yang tidak dapat terlaksana, progja yang dimaksud adalah Pelatihan Aksi dan Bergerak Bersama Perempuan. Hal ini dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan adanya kegiatan secara tatap muka. Saat direspon oleh salah satu peserta SU-KBM mengenai penggunaan cara online untuk pelaksanaan progja, Lusi mengatakan bahwa tidak ada yang bisa membuat pamflet untuk kegiatan secara online sehingga progja tersebut tidak dapat terlaksana.
“Untuk aksi online sebenarnya sudah ada rencana, tetapi tidak terlaksana karena tidak sempat membuat pamflet kegiatan. Di Kementerian Perempuan tidak ada yang bisa desain. Tidak bisa meminta tolong ke Komifo karena sudah sangat sibuk,” paparnya saat menanggapi pertanyaan dari salah satu peserta forum.
Selanjutnya, pada Kementerian Dalam Negeri terdapat progja Beasiswa Peduli yang tidak terealisasi. Muhammad Soneta Rizkillah selaku Menteri Dalam Negeri mengonfirmasi bahwa progja tersebut tidak dapat terlaksana disebabkan kurangnya riset beasiswa dan donatur oleh pihak BEM Untan.
Kemudian, berlanjut pada LPJ Sekretariat Kabinet, yang mana terdapat lampiran surat keluar namun untuk surat masuknya nihil. Bahkan bukti fisik maupun digital dari keberadaan surat-surat tersebut tidak terlampir. Selain itu, absensi kegiatan tidak dirampungkan dan ada pula beberapa kegiatan yang tidak memiliki absensi. Munawar selaku Wakil Presma (Wapresma) menjawab bahwa setiap kegiatan ada absensinya, tetapi tidak terarsipkan karena langsung dimasukkan ke Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAK) Untan.
“Kita ada kegiatan setiap kementerian dan ada absensinya. Kita tidak memasukkan absensi ke LPJ karena kita tidak ada mengarsipkan. Jadi segala macam kegiatan itu laporannya langsung masuk ke BAK Untan,” jelasnya.
Sementara pada Kementerian Keuangan, kejanggalan yang ditemukan berkaitan dengan transparansi penggunaan anggaran. Alur pemasukan maupun pengeluaran dana tidak semuanya dilengkapi dengan nota, kwitansi, ataupun bukti serah terima. Sehingga memicu pertanyaan akan kebenaran dari laporan keuangan dari salah satu peserta SU-KBM.
Merespon hal tersebut, Nancy Trionita selaku Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada beberapa nota yang hilang serta laporan keuangan disusun berdasarkan apa yang disampaikan dari masing-masing kementerian, terlepas dari adanya bukti pembayaran ataupun tidak. Kenyataan tersebut tidak bisa sepenuhnya dijadikan pembelaan karena masalah penggunaan anggaran sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kementerian Keuangan.
Menanggapi LPJ yang disampaikan oleh BEM Untan, Rusdianto, salah satu peserta forum merasa bahwa terdapat banyak kekurangan seperti masalah administrasi, absensi, dan juga persentase keberhasilan dari tiap progja yang dilaksanakan.
“Itu memang saya pandang, LPJ sekarang banyak kekurangan. Mulai dari masalah persentase kinerja dari kegiatan, terus masalah administrasi, masalah absen kegiatan, itu banyak koreksi,” pungkasnya.
Penulis : Abil, Azis, Dita, dan Zulfikar
Editor : Putri Arum
(*) Terdapat kesalahan keredaksian dalam melampirkan data pada tulisan tersebut, yang mana harusnya:
“Tercatat ada 38 progja yang direncanakan oleh BEM Untan pada awal kepengurusan, namun 9 progja terealisasi dengan tidak maksimal. Sedangkan 3 lainnya tidak terealisasi”