mimbaruntan.com, Untan – Mengangkat tema Pembatasan Demokrasi Berskala Besar dan Pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Tanjungpura (Untan) adakan demonstrasi disaat Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Pontianak sedang berlangsung pada Jumat (2/7). Hal ini mendapatkan kritikan dari para mahasiswa.
Abi Sarwan Zharif selaku Gubernur Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Untan menanggapi hal ini, krtitikan terhadap aksi online pun ia keluhkan.
“Memang dalam menyampaikan aspirasi itu banyak caranya, tapi dalam kondisi saat ini seharusnya mahasiswa lebih mementingkan keselamatan orang banyak. Adanya PPKM harusnya dipertimbangkan dengan matang sebelum turun aksi,” jelasnya saat diwawancarai via Google Meeting,
Abi juga menambahkan bahwa menyampaikan aspirasi melalui media online bukan berarti tidak digubris oleh pemerintah, BEM Universitas Indonesia (UI) menjadi bukti bahwa penyampaian aspirasi berhasil dilakukan.
“Terkait efektif dan tidaknya cara penyampaian aspirasi BEM UI saya rasa itu sudah menjadi bukti bahwa gerakan online juga efektif,” tambahnya.
Abi berharap selain mengkaji tentang isu tuntutan, masa aksi juga mempertimbangkan angka korban pandemi Covid-19
Baca juga : Demo Mahasiswa Untan di Masa PPKM
Sedangkan Koordinator Lapangan, Riyoldi mengatakan dalam menyampaikan pendapat peran media cukup efektif saat ini, namun ada beberapa hal yang tidak bisa disampaikan lewat sosial media.
“Kita lihat bahwa hari ini memang peran media itu cukup efektif untuk menyampaikan pendapat, cuma hari ini ada urgensi yang tuntutan secara garis besar tidak bisa disampaikan secara online,” jelasnya.
Dalam demonstrasi yang digagas oleh BEM Untan ini, adapun 5 fakultas dari 9 fakultas di Untan yang mendukung serta turut serta dalam aksi yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).
Nurul Izmi, selaku bagian dari Bidang Kajian Strategis dan Advokasi (Kastrad) BEM FKIP mengatakan bahwa aksi melalui media sosial itu kurang didengar dan alasan untuk turun ke jalan adalah menampakkan wajah secara langsung.
“Aksi media itu efektif sih, cuma kadang kurang didengar. Kalau kita turun di jalan dan nampakin muka langsung, oh inilah wajah-wajah mahasiswa yang menuntut keadilan. Kalau ndak lewat online kan jadi lebih afdol dan kita juga tetap mematuhi protokol kesehatan di kondisi yang kayak gini,” pungkasnya.
Reporter: Ikhfan
Penulis: Peggy Dania
Editor: Mara