mimbaruntan.com, Untan – “Mahasiswa Untan harus cerdas berdiri sendiri, dalam artian boleh demonstrasi, tapi jangan sampai FOMO,” kata Viza Juliansyah, Pengamat Sosial Kalimantan Barat.
Demonstrasi yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Tanjungpura (Untan) pada Jumat (2/7) yang bertepatan dengan hari Bhayangkara, menuai kritikan. Terlebih dilakukan saat Pontianak sedang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Menurut Viza, gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa beberapa waktu lalu terkesan FOMO (Fear of Missing Out) atau hanya sekedar ikut-ikutan karena takut ketinggalan dengan gerakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dalam mengkritik Jokowi. Hal ini pun menimbulkan kesan kontradiktif baginya.
“Sekarang Indonesia sedang menghadapi puncak pandemi, maka dari itu alangkah baiknya kalau mau aksi tunggu dulu timing yang pas atau sampaikan dengan cara yang berbeda,” tambah Viza saat diwawancarai via Google Meeting pada Sabtu, (3/7).
Di sisi lain, Viza mengatakan bahwa demonstrasi tersebut menghadirkan kesan bahwa mahasiswa Untan peduli demokrasi Indonesia, namun substansi tuntutannya gagal disampaikan.
“Ya berhasil, tapi sebatas pencitraan saja. Dalam konteks melakukan perubahan, menurut saya aksi kemarin sama sekali tidak efektif karena waktu, tempat dan konteks lain yang perlu dipertimbangkan mengingat saat ini isu kesehatan lebih urgent untuk diperhatikan,” jelasnya.
Sedangkan terkait keefektifan menyuarakan pendapat di masa pandemi saat ini melalui media online menurutnya lebih efektif, mengingat Kota Pontianak menerapkan 100% WFH (Work from Home).
“Tidak banyak yang tau demo kemarin tapi begitu anda menyuarakan secara online, pendapat anda bisa di-retweet, di-screenshot, di-share, dan bisa sampai ke audiens yang jauh lebih luas karena saat WFH 100% ini semuanya pasti mainin Hp (handphone). Di ruang itulah harusnya mahasiswa menyuarakan pendapat,” terangnya lagi.
Baca juga : Pro Kontra Demo Mahasiswa Saat PPKM
Sedangkan terkait pentingnya isu yang disuarakan, Viza menganggap bahwa kasus pelemahan KPK bisa disuarakan dengan cara yang lebih tepat sebab menurutnya kasus KPK memerlukan perhatian yang konstan, bukan berlebihan seperti kasus Omnibus Law kemarin.
Sekedar memperingati hari Bhayangkara dan meramaikan kasus yang terjadi di UI menurutnya bukanlah hal yang bijak dilakukan saat ini.
“Bahkan sekonyol-konyolnya UI tidak melakukan demonstrasi saat PPKM ini, saya juga tidak melihat ada kampus lain demo saat situasi seperti ini,” pungkasnya.
Penulis : Monica Ediesca
Editor : Mara