Pembicaraan antara mahasiswa beda kampus terkadang atau bahkan sering dimulai tentang kehebatan kampus masing-masing.
“Kampusku kemarin baru dapat penghargaan kampus terbaik di Jawa cuk, kampus kowe piye?” ungkap seorang teman memulai pembicaraan kala itu. “Yo bukannya itu kampusmu yang rektornya diberhentikan karena korupsi itu? jawabku ringan cukup membuat si teman terdiam. Bicara kehebatan atau kemahsyuran kampus tak bisa lepas dari pemimpin di kampus tersebut. Karena itu, saya malas bersombong ria toh junjungan kampus saya saja tidak menyombongkan diri, jadi kenapa saya harus sombong? Nah itu jawaban paling mulia nan penuh pahala surga.
Seperti yang saya katakan di atas “bicara kemasyuran kampus tak lengkap tanpa bicarakan pemimpinnya”. Di kampus saya, Untang (Universitas tanpa hutang), Yang Mulia Nan Di Pertuan Agung Bapak Rektor kamek sudah bagaikan pemimpin sekaliber bapak bangsa layaknya Soekarno, Hatta,Syahhrir ataupun Tan Malaka. Ini bukan sebatas kata-kata pemujaan dari saya untuk Bapak Rektor yang menjalani dua periode kepemimpinan tersebut. Ini kenyataan yang mungkin dapat kita lihat di Untang. Mana ada protes mahasiswa kepada pihak rektorat, walaupun bapak Rektor kamek sangat terbuka sangat dengan namanya kritik. Ia menjunjung tinggi demokrasi. Tiada larangan mahasiswa yang menyuarakan suaranya dengan berdemonstrasi.Tak ade!. Inilah bukti bahwa Bapak Rektor kamek dicintai masyarakat kampusnya sorang.
Penghargaan demi penghargaan mengalir masuk ke lemari Untang. Salah satunya penghargaan Juara Pertama Keterbukaan Informasi Badan Publik kategori Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Provinsi ini yang didapat awal bulan Januari kemarin. Walaupun hanya diikuti beberapa PTN saja. Ini membuktikan bahwa Untang merupakan universitas yang transparan dan terbuka akan semua akses informasi. Mereka yang berkoar-koar akan keterbukaan informasi silahkan cek untang.ac.id. Sileelah, di sana banyak informasi tersedia dari jumlah mahasiswa, daftar kerjasama, SK-SK Rektor dan banyak lagi.Namun, ada saja beberapa mahasiswa yang mempertanyakan keterbukaan informasi seperti transparansi keuangan mengalirnya kemana, yang tidak terbuka untuk umum. Bukan maksud Bapak Rektor tidak mau membuka data keuangan Untang di khalayak ramai bung, tapi beliau tidak ingin membuat sibuk anda-anda yang sudah sibuk dengan tugas kuliah. Ini bukti bahwa beliau ini peduli terhadap teman-teman mahasiswa. ”Keuangan itu berat, biar saya dan kolega saja yang tahu” jawab Bapak Rektor dengan stelan jaket lepisnya.
“Pembangunan adalah kunci”, ungkapnya suatu waktu. Kunci peningkatan kualitas mahasiswa. Inilah mungkin yang ada di pikiran bapak Rektor, makanya hadir pembangunan-pembangunan di Untang untuk menjawab segala keluh kesah mahasiswa selama ini. Mega proyek 7in1 bernilai ratusan milyar, perbaikan trotoar, dan jalan-jalan dipermulus. Calon gedung-gedung tinggi baru mulai bermunculan, walaupun kampus belum terasa seperti “kawasan pabrik” seperti kata dua teman dari Universitas Hasanuddin (Unhas). Salah satu petinggi fakultas bahkan pernah mengatakan bahwa Untang bakalan membangun hotel di wilayahnya. Asoy-asoy indehoi hotel jang. Terlepas dari segi manfaat keberadaan hotel kelak, saya dengan bangga mengakui bahwa Bapak Rektor kamek bisa dikatakan sebagai Bapak Pembangunan Untang yang bahkan berada setara dengan The Smiling General−Indonesia.
Mungkin kalau ada yang bertanya, Apakah bapak puas atas pembangunan sedang gencar dilakukan saat ini di Untang? Beliau mungkin menjawab sembari mengutip perkataan Komeng ketika di Mata Najwa, “Puas mungkin tak dapat saya katakan, tolok ukur kepuasan itu adalah ketika anda puas, anda keramas,” jawabnya tersenyum lebar.
Pers merupakan corong bagi penguasa. Itu mungkin teori yang seliweran di bacaan-bacaan politik manapun. Bapak Rektor kamek pun dengan cerdasnya menyadari bahwa ia butuh pers kampus yang menyediakan dan menyebarkan informasi baik tentang Untang tentunya memberikan kritikan baik, disaat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) di Untang sendiri gencar mengkritik rumahnya sorang. Ibarat kate kacang lupa sama kulitnye. Atas dasar itulah dibentuknya media terbesar di Kalbar yang bahkan tidak dapat dilawan Tribunnya pontianak yaitu yangjugapunyatimes.com yang iklannya selalu dapat kita saksikan di dekat Bundaran Digulis. Saya dengan bangganya lagi memberi julukan Bapak Media kepada Rektor kamek tercinta ini.
Bapak Rektor kamek pun tidak pernah tersandung kasus korupsi, disaat bawahannya asik korupsi menambang uang Alkes RSP, Beliau mantap berkata “No Korupsi!” sambil bersafari ke negerinya Napoleon Bonaparte. Seperti Presiden Beye yang dulu hobi menciptakan lagu (sekarang mungkin masih), Rektor kamek pun juga pencipta lagu. Kalau teman-teman tidak tahu, saya kasih tahulah bahwa Rektor kite ini pencipta mars Untang. Aplaus dulu!
Jadi intinya, berbanggalah kitak sama Bapak Rektor yang sudah memberikan sumbangsih besar di Untang, dengan beberapa gelar Bapak Pembangunan, Bapak Media, Bapak Pers, Bapak Antikorupsi dan bapak-bapak yang muncul kemudian hari. Beliaulah yang terbaik! Seperti judul diatas, udah tepatlah kita memberi gelar kepada Beliau sebagai Bapak Bangsa Untang.
Penulis : Ikbal, mahasiswa akhir zaman jurusan rimba prodi ilmu kelapa sawit.