Tin, kutengok… Panik kali kau yang hidup ini? Melorot celanaku waktu jalan dari kampung menuju pondok sore itu. Takut… Tersentak terkejut — Kok ada suara hantu? Hantu apa pula ini? Selama ini aman-aman saja aku jalan di sini. Kenapa sekarang ada hantu?
Aku tetap jalan berusaha santai walau lutut gemetar keringat dingin ketakutan. Tentunya aku senyap tak bersuara, tapi… Suara itu kembali terdengar:
”Tak usah kau takut, Tin”. Aku ini orang baik, aku suka sama anak Medan. Dulu aku pernah bikin bangunan di Brastagi. Ada pasanggarahan kubangun di Prapat pinggir Danau Toba. Suara terhenti beberapa saat, lantas terdengar lagi: ”Sudah lah, Tin”. Diam saja mulutmu sambil jalan ke pondok. Kau simak aku bicara. Pasang kupingmu baik baik ya…
Sir Athur Keith berkata bahwa manusia itu hidup 800.000 tahun yang lalu. Pada awalnya manusia hidup didalam rimba dan gua, memiliki alat berburu yang sangat minim. Terkadang berjuang melawan binatang buas di hutan rimba. Pada saat inilah perempuan sudah mulai ditaklukan oleh laki laki. Laki-laki semuanya pergi ke sana kemari berburu, mencari ikan, berkelahi melawan ganasnya alam. Hanya sebagian saja perempuan yang ikut. Perempuan yang hamil, punya anak kecil, laki laki tua yang sudah jadi kakek tinggal didalam gua atau dibawah pohon kediaman di rimba raya. Menunggu kaum laki laki pulang dari perburuan atau perkelahiannya di hutan belantara.
Perempuan diperintah, disuruh memasak hasil buruan, mencari daun daunan dan akar akaran, disuruh memelihara api siang malam, dibebani segala pekerjaan yang tidak termasuk berburu dan mencari ikan. Menurut Auigust Bebel: ”Perempuan adalah budak pertama sebelum ada perbudakan”.
Aku tertegun, kemudian suara itu tidak terdengar lagi. Ini suara Bung Karno yang menulis buku Sarinah 1963. Aku tidak takut lagi karena sudah sampai pondok berjumpa dengan istri tercinta. Tak kuceritakan pengalaman yang sangat misterius ini.
11 Juli 2016
Martin Siregar