mimbaruntan.com, Untan- Lahirnya petisi yang berisi penolakan terhadap rencana pengurangan luas kawasan Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura (Untan) yang telah ditandatangani 2.393 orang per Sabtu (20/6), mengundang respon dari berbagai pihak. Mengingat urgensi keberadaan Arboretum Sylva Untan, Jero Haryono selaku ketua BEM Fakultas Kehutanan Untan menyayangkan apabila rencana pengurangan luas kawasan ini benar terjadi.
“Mengingat pentingnya kawasan ini kami sangat menyayangkan kalau misalnya rencana ini dilayangkan,” ungkapnya, Kamis (18/6).
Berdasarkan surat resmi nomor 1497/UN22.7/TU/2020 yang ditujukan kepada Rektor Untan perihal laporan terkait sejarah dan urgensi Arboretum Sylva Untan, dipaparkan bahwa keberadaan Arboretum Sylva Untan telah ditetapkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota dan selayaknya areal ini tidak diganggu gugat serta harus didukung kelestariannya. Dalam hal ini menyangkut rencana pembangunan dua prodi baru di Fakultas Pertanian yaitu Prodi Peternakan dan Prodi Perikanan yang merambah lahan Arboretum.
Jero mengungkapkan bahwa Arboretum memiliki berbagai fungsi, tidak hanya sebagai tempat belajar mahasiswa Fakultas Kehutanan Untan melainkan menjadi milik bersama. “Ini termaksud dalam Ruang Terbuka Hijau Untan, sudah ditetapkan juga. Sebagai tempat belajar, tempat kegiatan mahasiswa, daerah resapan air, juga tempat kegiatan sekolah. Di sini pun miniatur hutan Kalimantan, yang di dalamnya ada koleksi tumbuhan endemik Kalimantan,” jelasnya.
Menurutnya, akan ada perubahan yang meresahkan apabila rencana ini terjadi. Baginya, hilangnya satu hektar lahan Arboretum sama saja menghilangkan berbagai tanaman langka yang tumbuh di atasnya. “Kalau misalnya akan terlaksana, potensi yang ada di sini bakal berubah. Suasana berubah dan potensi yang udah terdata berubah, fungsinya juga bakal berubah. Perubahan-perubahan yang tidak kita inginkan inilah yang jadi keresahan bagi saya pribadi dan kawan-kawan,” keluhnya.
Selain itu, tanaman yang ada di Arboretum Untan juga memilik status perlindungan. “Setiap pohon ada status perlindungannya dan berbeda-beda. Yang langka berbeda, yang kurang langka ada lagi. Dan kalau misalnya terjadi rencana ini akan ada pohon-pohon yang terlindungi ini bakal terdampak,” ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dandi Yusup selaku pengelola Kawasan Arboretum Untan yang mengaku tidak setuju dengan rencana pengurangan kawasan ini. “Kalau emang terlaksana sangat disayangkanlah. Kok bisa hal yang satu-satunya di Untan, yang memang diisi dengan potensi alami dirambah, kan sayang. Saya pribadi ndak ada kate setuju,” tutupnya.
Penulis : Sekar A.M.
Editor: Nurul R.