mimbaruntan.com,Untan- Muhammad Ridwan Priyanto selaku Ketua BEM Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Tanjungpura (Untan) merespon polemik batas lahan Arboretum Sylva Untan dan Faperta Untan. Pihaknya menyayangkan permasalahan kedua belah pihak di internal Untan disebarluaskan melalui petisi. “Yang kami permasalahkan adalah ketika hal tersebut dijadikan sebuah petisi,” katanya, Sabtu (20/06).
Ia menganggap bahwa petisi sepihak tersebut telah menggiring opini publik. “Petisi ini isinya ujung-ujungnya menggiring opini bahwa Dekan Fakultas Pertanian ingin merusak hutan untuk membangun dua bangunan. Itu yang kami sayangkan sekali. Kemudian yang kami sayangkan lagi, peran ikut sertanya mahasiswa yang ikut membagikan, mengomentari hal tersebut tanpa mengecek datanya dan SK-nya terlebih dulu. Sebagai mahasiswa kaum intelek kok termakan hal-hal semacam ini,” jelasnya.
Ridwan mengatakan bahwa informasi yang tertera dalam petisi terkait Dekan Fakultas Pertanian bersikukuh mengambil lahan Arboretum adalah tidak benar adanya. “Dekan Fakultas Pertanian hanya ingin memperjelas dan meluruskan terkait batas antara Fakultas Pertanian dengan Arboretum,” katanya.
Ia menambahkan bahwa kalaupun lahan itu adalah milik Fakultas Pertanian, bukan berarti hutan itu akan dibabat begitu saja. “Ketika itu menjadi lahan pertanian apakah dari pertanian akan langsung membabatnya, kan tidak. Yang kedua kita di pertanian juga ada mata kuliah agroforesti tidak serta merta ketika jadi lahan pertanian itu dibabat habis. Kita juga berikan pertimbangan terhadap fakultas terkait penggunaan lahannya,” imbuhnya.
Baca juga:BEM Kehutanan Tolak Rencana Perambahan Arboretum Sylva Untan
Ridwan berharap polemik ini dapat diselesaikan dengan baik dan kedua belah pihak dapat dipertemukan bersama pihak rektorat. Ia juga mengatakan BEM Faperta akan terus melanjutkan hubungan baik bersama BEM Fakultas Kehutanan dan melanjutkan rencana kolaborasi.
“Setelahnya kita akan menjalin koordinasi dengan kawan-kawan kehutanan. Bahkan kita juga sempat mengadakan rencana kegiatan bersama. Kita ingin menghapus stigma bahwa pertanian tidak cinta lingkungan, kita akan membuktikan nanti melalui kolaborasi dengan kawan-kawan kehutanan,” harapnya.
Di sisi lain, Willy Kristianto selaku Ketua DPM Pertanian berpesan agar para mahaiswa harus memandang segala yang terjadi dengan berimbang. “Pesan dari saya untuk kawan-kawan mahasiswa jangan mudah termakan isu hoaks. Ketika ada sesuatu kita harus memandang dari dua belah mata. Jangan sebelah mata. Jas merah jangan lupakan sejarah, tapi kawan-kawan yang membuat petisi lupa juga bahwa mereka tidak melihat SK,” tegasnya.
Penulis: Sekar A.M.
Editor: Nurul R.