Mimbaruntan.com, Untan – Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengadakan Kuliah Umum bertema “CITES Implementation in Indonesia and Genetic Studies on Wildlife Flora and Fauna” dengan pemateri Amir Hamidy dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilaksanakan di Ruang Amphiteater Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Kamis (14/3).
Kegiatan ini dihadiri oleh 110 peserta yang berasal dari berbagai kalangan yaitu mahasiswa Untan dan berbagai staff Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Amir Hamidy mengatakan bahwa dilakukannya kuliah umum ini bertujuan memberikan gambaran terkait status konservasi yang berpotensi untuk melakukan suatu riset mengenai hal tersebut. “Memberi gambaran tentang status konservasi spesies, perlindungan jenis, kriteria status konservasi, lalu peraturan perundangan. Kemudian juga potensi untuk melakukan riset-riset dasar terkait informasi yang dibutuhkan untuk menentukan status konservasinya,” katanya.
Baca Juga: Kampus 3 FKIP Untan Minim Fasilitas
Pada kuliah umum ini, beliau memaparkan sejumlah data terkait jumlah spesies dari beberapa kelas hewan yang ada di Indonesia dan beberapa satwa yang berstatus dilindungi. Indonesia, seiring dengan perkembangan penelitian terkait keberadaan fauna hingga saat ini mempunyai 746 jenis reptil serta 396 jenis amphibi. Beberapa fauna yang berstatus dilindungi yaitu spesies kodok merah (Leptophryne cruentata).
Selain itu beberapa jenis kura-kura salah satunya kura-kura baning cokelat (Manouria emys), labi-labi moncong babi, ular sanca hijau (Morelia viridis), biawak Kalimantan (Lanthonotus borneensis), soa payung (Chlamydosaurus kingii), biawak misol, biawak hijau, biawak aru, komodo (Varanus komodoensis), serta semua jenis penyu di Indonesia sudah berstatus dilindungi.
Peneliti yang juga sebagai Indonesian coordinator for scientific authority of CITES dan Kepala Laboratorium Sistematika Amfibi dan Reptil Museum Zoologi Bogor ini menjelaskan bahwa CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) berfungsi untuk mengawasi perdagangan internasional dan mencegah kepunahan secara global. “Agar tidak terjadi kepunahan spesies maka harus diawasi peredarannya di seluruh dunia, baik dalam negeri maupun luar negeri. Tindakan yang dapat dilakukan dalam hal ini yaitu melakukan pengawasan dengan melaporkan berapa jumlah spesies yang ada hingga saat ini serta membatasi proses ekslpoitasi,” jelasnya.
Baca Juga: Himpunan Mahasiswa Kimia FMIPA Untan Adakan Lomba Bidang Studi Kimia ke-XV
Dalam implementasi CITES, diterapkannya sistem dua pintu pengendalian lalu lintas peredaran atau perdagangan tumbuhan dan satwa liar langka, yang pertama di negara pengekspor dan kedua di negara pengimpor. Tiap negara peserta wajib mengadakan pemeriksaan terhadap spesimen yang terdaftar dalam kategori Appendiks I, II, dan III yang masuk atau keluar dari wilayah negara tersebut.
BKSDA dan LIPI selaku lembaga yang memiliki wewenang dalam implementasi CITES di Indonesia harus berjalan sinergis yang masing-masing memiliki peranan yaitu BKSDA selaku management authority memastikan implementasinya betul-betul bisa dilaksanakan, sedangkan LIPI selaku scincetific authority menjamin bahwa rekomendasi yang diberikan itu berdasarkan informasi-informasi ilmiah.
Dr. Amir Hamidy M.Sc. juga mengaharapkan setelah berlangsungnya kuliah umum ini pemuda harus aktif melakukan konservasi serta tidak ikut mempopulerkan eksploitasi satwa liar yang dilindungi. “Generasi muda harus aktif konservasi, melakukan perlindungan jenis spesies serta membaca peraturan perundangan terkait status konservasi, kemudian jangan ikut mempopulerkan eksploitasi terhadap satwa,” harapnya.
Amalia Safira Rahman mahasiswa Biologi merupakan salah satu peserta yang juga Ketua Himabio FMIPA UNTAN ini mengatakan kuliah umum ini memberikan kesempatan yang sangat bagus dalam penelitian karena membuka wawasan mengenai berbagai fauna di Indonesia. “Kesempatan yang sangat bagus untuk melakukan riset karena basic dari pemateri sebagai peneliti dan menemukan banyak spesies baru. Selain itu juga membuka wawasan mahasiswa mengenai fauna Indonesia dan memberikan semangat kepada mahasiswa agar mengeksplor daerah kita yang belum banyak diteliti,” katanya.
Penulis: Rezky Abrar
Editor : Aris Munandar