mimbaruntan.com, Untan– Sumpah Pemuda merupakan momen yang dinanti-nanti untuk merayakan hari bersatunya elemen kekuatan mahasiswa dan pemuda dari berbagai kalangan daerah walau berbeda suku, agama, serta ras demi mencapai tujuan Indonesia yang satu. Memaknai momen tersebut, beberapa mahasiswa Untan turut memberikan tanggapan.
Rio Pratama, selaku mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura (Untan) Program studi (Prodi) Sejarah memaknai Sumpah Pemuda sebagai ajang untuk terus meningkatkan prestasi dan terus berkarya.
Ia mengatakan terlepas dari catatan sejarah ataupun aspek seremonial semata, saat ini Sumpah Pemuda sama saja seperti hari lainnya. Namun, sebagai generasi muda Sumpah Pemuda layaknya menjadi sebuah refleksi terhadap diri sendiri untuk berfikir dan berperilaku lebih baik.
“Saya pribadi memaknai sumpah pemuda dengan kapasitas yang saya bisa. Berfikir positif, melakukan hal-hal yang baik serta semampunya untuk berprestasi atau menciptakan karya yang berguna minimal untukmu diri sendiri maupun orang lain,” ujarnya (27/10).
Baca juga:Kontribusi Pemuda Kalbar Dalam Kongres Sumpah Pemuda 1928
Lain halnya dengan Ardianus Ardi, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Untan, Prodi Ilmu Politik yang memaparkan kondisi dan kualitas mahasiswa di sekitarnya. Menurutnya, zaman modernisasi yang ditandai dengan berbagai kemudahan disegala hal yang didominasi oleh kecanggihan teknologi tentunya menjadi sebuah tantangan. Menurutnya, masih sering ditemukan mahasiswa yang bersikap apatis terhadap permasalahan dan persoalan bangsa, melakukan kejahatan, propaganda, saling menebar isu keburukan dan kehobongan bahkan sebagai alat untuk mengubah karakter anak bangsa seperti menebarkan paham intolerasi dan radikalisme. Di sisi lain ada pula yang tetap memilih mempertahankan Idealismenya dengan konsisten mengkritisi setiap kebijakan penguasa dan berjuang menyuarakan kebenaran apapun resikonya nanti.
“Mahasiswa seringkali dijadikan alat untuk mencapai kepentingan politik para elit penguasa. Hal seperti inilah yang membuat mahasiswa tak lagi sama kekuatanya, ada yang memilih tetap mempertahankan Idealismenya dengan konsisten mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat, ada pula mahasiswa yang memilih jalan terlibat dalam politik praktis, tergabung dalam relawan ataupun tim sukses,” katanya.
Ardi menjelaskan seharusnya mahasiswa ikut dalam kegiatan politik sebagai pembelajaran dan pengawasan. Ia melihat hal itu telah bergeser sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi sehingga hilangnya idealisme.
“Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa memilih bersikap individualis dan hedonistik, tidak mau peduli hal apapun yang terjadi,” ungkapnya.
Baca juga:Peringati Sumpah Pemuda, KBM FISIP Untan Gelar Mimbar Bebas
Ardi menuturkan bahwa sudah menjadi PR pemerintah dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang maju dan unggul sehingga perlu keterlibatan seluruh anak bangsa.
“Persoalan bangsa ini tentunya menjadi PR nya pemerintah dan tanggung jawab kita bersama. Sumpah pemuda bukanlah suatu agenda seremonial belaka, namun sudah mestinya kita sebagai pemuda mengaungkan tanah air satu, bangsa satu dan bahasa yang terimplementasi secara perilaku,” sambungnya.
Duta Pertanian Kalimantan Barat 2019/2020, Arief Fadillah berharap kepada pemuda khususnya mahasiswa saat ini untuk dapat terus berprestasi dan melakukan berbagai aktivitas positif.
“Saya berharap besar bahwa sekarang kita harus bisa menggunakan waktu untuk terus mencetak berbagai prestasi dan membanggakan negara ini dengan berbagai aktivitas yang positif dan pastinya bisa menjadi contoh tauladan yang baik bagi pemuda-pemuda diluar sana,” terangnya.
Penulis: Dewi Ratna Juwita dan Monica Ediesca
Editor: Nurul R.