Melihatnya menundukkan pandangan mata yang seolah menyimpan sejuta bahasa dalam dia
Membuat aku semakin tertarik ingin melihat wajah di balik masker duckbill nya
Sontak semua sirna setelah mengetahui bahwa idaman nya adalah abdi negara
Setelah ratusan kata dan ribuan candaan yang terlempar, melati pun menguntip dari balik jendela
Hai, sapa salamku ketika pertama berbicara dan berbincang dengan nya
Tampak dari jauh Simpulan senyum manis yang melingkar indah di wajahnya yang memerah.
Namun sayang sekali sampai hari ini batu akan tetap menjadi batu
Rintik hujan yang menghujam pun tak akan pernah bisa melembutkannya
Namun sayang sekali, sampai saat ini lidah masih kaku menghadapi kenyataan yang menyakitkan
Ah sudahlah, ucapku saat bahuku dan bahunya saling berpapasan di jalan yang panjang
Tak mudah meremukkan batu kokoh hanya dengan tetesan hujan.
Penulis : Pena Hitam
Baca juga : Engkau, Sapardi.