Jatuhilah Aku sepandangan perempuan penimba koran.
Busuk nanah sekujur badan,
Tengah menjual kesedihan ke semua ciri mata.
Boleh jadi mata air, tempat meneguk sejuk sewaktu mata setan memenggal lehernya.
Jangan lupakan kaki yang busuk kuku itu, sedang bertarung dengan perampok waktu.
Baca Juga: Bin Atang
Perintahkan kepada sekam padi, cepatlah gugur dan mati.
Hempaskanlah Aku di lingkaran butir yang berserakan.
Supaya petani mengulum bibirnya kegirangan.
Sebab tangannya yang sudah separuh buntung menjadi untung.
Tetapi jangan lupakan dadanya yang menguak darah, pertanda tiap-tiap hari mencongkel pengharapan.
Baca Juga: Talawang Kala Kini: Respon Isu Kegelisahan Masyarakat dari Seni Kontemporer
Masih banyak siasat yang Aku sembunyikan. Firmanku masih malu – malu, tengah melayang – layang di angan. Sebab rantai huruf masih pendek pedalamannya,
Untuk menyampaikan yang tinggi.
Dan manusia sukar mengenali, mewangi.
Belumlah kalian kenal,
Sebutannya nurani
Doa melangit,
Tubuh terhimpit.
Oh, Miskin!
Penulis: Putri