Aku kota dari bahasa
Yang menghalau arunika
Kota yang hidup di kala sepi menyapu
Menempel erat seperti benalu
Lewat mimpi, menyedot kuasamu
Menumpulkan segala indra perasa
Hingga habis waktumu
Tertelan lenyap
Dihisap olehku
Aku senja yang memburu
Aku malam yang membiru,
Dan …
Sebentar lagi, rasa itu tiba
Berderap turun menghampirimu
Jatuh perlahan layaknya ampas kopi
Tanpa pikir, kau coba lawan aku
Yang hasilnya sudah kita tahu
Alih-alih melukaiku
Kau hanya bisa beradu bersama tembok kamar itu
Aku kota dari bahasa
Kota yang ramai di kala sepi menyapu
Kuajak kau tenggelam bersamaku
Mari terbakar di danau tak berdasar itu
Segudang fantasi akan menyambutmu
Kian membesar
bersarang di dadamu
Pipa-pipa trakea kian terhimpit
Muncul seberkas hangat di pipi sempit
Kini sesak melumpuhkanmu
Liar
Berontak
Cairan termometer melesat
Berdesit memekak
Bergetar hebat
Termometer kecil terjatuh tersepah
Kian melemah
Warnanya tak lagi merah
Hawa dingin t’lah mengeser panas tubu(h)
Kabarnya ialah tetangga baru
Yang kan menetap bersamaku
Kota yang ramai dikala sepi menyapu
Jangan bunuh aku dengan kesibukanmu
Tapi biarkan aku yang mengoyakimu
tertanda
sepi
Penulis: Selin