“Masa lalu biarlah berlalu, pelajaran juga untuk yang akan datang. Kita juga mesti belajar dari kasus yang lalu, kalau tidak ada kasus, kita tidak akan belajar. Kita belajar dari pengalaman yang buruk kemarin supaya kedepannya lebih baik,” saran Usman.
mimbaruntan.com, Untan – Apa kabar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik (FT) sejak tahun 2016?, mengingat kembali kehilangan BEM pada saat itu yang secara tiba-tiba, membuat beberapa anggota Himpunan FT menginginkan kembali keberadaannya.
Rifqy selaku Ketua Panitia Kongres Keluarga Besar Mahasiswa FT mengatakan bahwa dulu, BEM dituntut karena kekerasan dan membelok dari kebijakan fakultas.
“Kalau awal mula BEM dibekukan itu saya kurang tau pasti ceritanya gimana, yang saya tau itu dituntut karena kekerasan segala macem saya kurang tau, karena membelok juga dari kebijakan fakultas, dan akhirnya fakultas ingin BEM untuk diberhentikan terlebih dahulu,” terangnya.
Hal ini juga diperkuat oleh Usman selaku Pembina Kongres menjelaskan bahwa BEM FT sudah vakum sekitar enam tahun. Ia mengatakan pada saat itu BEM tidak serta merta dibekukan tapi karena ada indikasi melanggar norma-norma kemanusiaan yang berlaku di tatanan masyarakat, norma mahasiswa, dan norma yang berlaku di FT saat itu.
Keberadaan BEM sudah sejak lama diperjuangkan untuk dihidupkan kembali. Namun, ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa FT pada saat itu.
“Memang sudah diperjuangkan untuk dihidupkan kembali, tapi memang yang saya tau itu ada pihak-pihak yang tidak mau BEM itu dihidupkan kembali dan masih mau dibekukan sehingga dipersulit,” ungkap Rifqy.
Rifqy menjelaskan bahwa pembentukan kepanitiaan berawal dari obrolan himpunan-himpunan yang ada di FT yang memandang bahwa perlu adanya BEM Fakultas yang mampu menampung aspirasi serta bakat dan minat mahasiswa FT untuk disalurkan ke pihak fakultas.
Namun, Usman mengatakan bahwa inisiatif pembentukan BEM di Fakultas Teknik sendiri juga sebetulnya adalah ide dan gagasan dari dekan yang lama juga yang kemudian dilanjutkan oleh dekan yang baru yang akhirnya membuat Surat Keputusan (SK) Pembina pembentukan BEM.
“Pemantiknya sebetulnya adalah ide dan gagasan dari dekan yang lama juga. Jadi pembentukan ini juga diinisiasi dari dekan lama lalu dilanjutkan oleh dekan baru, kemudian dekan baru membuat SK Pembina pembentukan BEM yang terdiri dari Pak Slamet selaku dekan FT saat ini, Pak Purwo selaku Wakil Dekan III, sama saya,” ungkapnya.
Usman memandang bahwa perlu adanya wadah yang lebih besar untuk menghimpun dan mengakomodasi semua prodi yang ada di Fakultas Teknik sehingga keberadaan BEM di Fakultas Teknik diperlukan.
Usman juga menyatakan bahwa proses pembentukan BEM FT ini tidak mudah dan melalui proses panjang, karena mahasiswa juga masih meraba-raba rencana pembentukan tersebut,
“Saya paham mahasiswa ini juga tidak ada pengalaman apalagi mahasiswa yang ada sekarang 2018, 2019, 2020, sementara BEM sudah dinonaktifkan sejak 6 tahun lalu, sehingga putus. Lalu, bagaimana merabanya tentu kita minta mentor dari teman-teman BEM Untan. Kebetulan BEM Untan adalah anak Teknik. Jadi saya bilang tolong dimentori, kalo saya mentornya terlalu jauh. Saya ini pengajar dosen, karena yang dilakukan anak-anak ini sangat jauh dari proses ya, karena kita baru mulai dan itu harus kita maklumi.”
Dalam Kongres tersebut, Rifqy menerangkan bahwa ada tiga kandidat yang mencalonkan diri sebagai Presiden dan Wakil Presiden BEM FT, salah satunya telah dipersiapkan oleh mereka (anggota himpunan).
“Kemarin itu untuk pencalonan ada tiga kandidat, cuma satu kandidat yang memang sudah kami persiapkan yang kami rasa cukup bagus. Ini bentuk antisipasi kami karena ini adalah kegiatan pertama, takut ga ada yang mau maju untuk mencalonkan diri atau takut karena masih harus membangun dari awal,” terang Rifqy.
Menanggapi terlaksananya Kongres ini, banyak dukungan dari pihak kampus termasuk dekan, dosen, dan mahasiswa yang ada di FT. Kepentingan Himpunan pun bergantung dari hadirnya BEM, sebagai “jembatan” membuat BEM menjadi vital untuk dapat dikembalikan keberadaannya.
Usman mengaku bahwa ia mendukung penuh berdirinya pemerintahan mahasiswa yang menjadi wadah mahasiswa untuk membangun silaturahmi dan sinergi semua UKM, menjalin semua aspirasi mahasiswa, dan menyiapkan kader yang lahir dapat menjadi aktivis kampus dan aktivis masyarakat.
Mengantisipasi kejadian dari tahun sebelumnya, Usman mengatakan bahwa kultural yang harus dipahami oleh mahasiswa. Ia juga mengatakan mindset yang harus dikedepankan oleh anak zaman sekarang adalah mindset akademis dan ilmiah.
“Pertama sesuatu yang cocok di zaman senior dulu sekarang sudah tidak cocok, kedua norma-norma juga sudah ditegakkan di kampus ini, norma dosen dan norma mahasiswa. Saya mendukung penuh, ini adalah wadah mereka untuk membangun silaturahmi dan sinergi semua UKM, menjalin aspirasi mahasiswa, dan menyiapkan kader yang lahir menjadi aktivis kampus juga jadi aktivis masyarakat,” terangnya.
Rifqy berharap semoga dengan aktif kembali BEM dapat menjadi solusi dari keluh kesah himpunan maupun UKM di FT. Ia juga berharap bahwa kedepannya kegiatan-kegiatan seperti pengkaderan mengurangi menggunakan fisik.
“Semoga dengan BEM ini, keluh kesah yang memang menjadi PR kami, ketua himpunan maupun UKM ini tuh bisa menjadi solusi. Untuk kedepan nya juga, kegiatan-kegiatan pengkaderan itu tidak ada main fisik, memang dikurangi karena kami sangat mengantisipasi sekali kalau sampai BEM kenapa-napa lagi gitu. Jadi, ya paling pengkaderan sebagaimana wajarnya pengkaderan dalam suatu organisasi itu yang kami terapkan,” tutupnya.
Reporter: Tresia
Penulis: Vanessa dan Cathrin
Editor: Hilda