mimbaruntan.com, Untan- Demi mencegah penyebaran infeksi Covid-19 di lingkungan Untan, sejak 30 Maret 2020 proses perkuliahan dilakukan secara daring. Hal ini sesuai Surat Edaran Rektor Nomor: 3177/UN22/TU/2020 tentang Peningkatan Kewaspadaan dan Pencegahan Penyebaran Infeksi Covid-19 di Lingkungan Universitas Tanjungpura. Di sisi lain, dengan adanya kebijakan tersebut, sebagian mahasiswa Untan yang berasal dari luar daerah Kota Pontianak memilih mudik. Namun, masih ada juga mahasiswa yang memutuskan untuk menetap, Minggu (19/4).
Menanggapi hal ini, Kaharuddin selaku Ketua BEM Untan angkat bicara. Menurutnya, setiap mahasiswa yang memutuskan untuk mudik harus tetap mengikuti protokol kesehatan di daerah masing-masing.
“Sebenarnya mahasiswa yang mudik itu pilihan mereka, mungkin ada sesuatu yang mengharuskan mereka mudik, sehingga jika mudik protokol kesehatan harus di terapkan, misalnya isolasi atau karantina di kampung sesuai arahan,” ucapnya Sabtu (18/4).
Baca juga:Update Pembagian Sembako Oleh Akademi Ide Kalimantan dan BEM Untan
Danu Ruliansyah salah satu mahasiswa Untan, saat diwawancarai via WhatsApp, menjelaskan alasannya mudik. Selain merasa kurang aman, ia juga khawatir terhadap biaya hidup selama di perantauan. “Tidak ada yang menjamin keberadaan saya di Pontianak, baik dari segi ekonomi atau finansial serta keamanan saya di kos sendirian harus bertahan berbulan-bulan. Hal itu sangat menyiksa dan membuat saya stres selama berhari-hari, apalagi saya harus tetap di kost 24 jam,” ungkap mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi ini, Minggu (19/4).
Di sisi lain, bagi mahasiswa yang memilih masih bertahan di Pontianak, juga memiliki alasannya masing-masing. Salah satunya Alif mahasiswa Prodi HI. Ia mengatakan bahwa ongkos mudik yang terbilang mahal merupakan salah satu alasannya masih menetap di Pontianak. Selain itu, kata Alif, akses internet yang kurang memadai di kampung akan menghambat proses kuliah yang dilaksanakan secara daring.
“Saya masih menetap di sini, ya karena masalah biaya. Biaya pulang kampung juga lumayan mahal. Mengingat kondisi masih dalam kuliah online, saya rasa menetap di Pontianak adalah salah satu tempat yang bagus untuk mengakses internet. Mengingat kalau saya pulang kekampung, jaringannya kurang memadai sehingga saya takut akan ketinggalan materi di kuliah online,” ujar Alif.
Baca juga:Fakultas Teknik Untan Rakit APD untuk Tim Medis
Selain itu, terkait perkuliahan yang dilakukan secara daring, salah satu dosen Fisipol Untan Netty Herawati mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya beberapa mahasiswa pernah tidak bisa dihubungi. Menurutnya, hal ini dikarenakan terkendala sinyal dan tidak memiliki kuota internet, sedangkan proses perkuliahan di Untan masih berjalan. Hal ini, kata Netty, tentu menyulitkan mahasiswa baik dalam menerima materi, mengumpulkan tugas maupun ujian.
“Yang ibu dengar banyak mahasiswa yang pulang kampung terus tidak bisa dihubungi, alasanya ada yang tidak ada sinyal, ada yang tidak ada kuota, padahal kampus sudah memberitakan fasilitas agar daring tetap berjalan lancar,” katanya.
Ia juga menyayangkan fasilitas VPN untuk mengakses internet di Untan tidak bisa diakses oleh seluruh mahasiswa. “Namun sayang, fasilitas yang diberikan seperti VPN Untan tidak bisa diakses oleh semua mahasiswa,” tambahnya.
Namun ia berharap agar mahasiswa dan dosen terus berkomunikasi dan bisa menggunakan semua media komunikasi secara bijak untuk meningkatkan kualitas diri. “Gunakan kesempatan ini untuk lebih banyak belajar. Karena semua menjadi lebih banyak waktu di rumah untuk belajar, sehingga tugas, ujian, seminar dan lainnya tetap bisa diselesaikan selama di rumah,” katanya.
Reporter: Adfram,Fathana,Uti, Hendy
Penulis: Yosua Aswan
Editor: Nurul R.