Tjaja Timoer adalah surat kabar bulanan bergambar yang terbit pertama kali pada 15 Januari 1928 di Pontianak. Tjaja Timoer menyatakan bukan organ dari suatu organisasi atau perkumpulan sehingga bertujuan untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan kelompok. Tjaja Timoer dicetak oleh Drukkerij Annashar&co. Adapun kantor direksi, redaksi, dan administrasinya pun berada di kantor percetakan Annashar&co di Voorstraat nomor 189, kini Jalan Tanjungpura.
Walaupun diterbitkan di Pontianak, Tjaja Timoer disebarkan ke luar Borneo Barat. Hingga bulan keenam, pelanggannya memang baru di Pulau Jawa dan Sumatera. Kecuali itu, mereka juga mengirim terbitan ke redaksi surat kabar lain di Indonesia. Selebaran yang luas ini sepertinya sudah sejak awal ditargetkan oleh redaksi. Target tersebut terwujud dalam porsi muatan tulisan yang lebih luas bagi tema-tema nonlokal.
Berupa ide terutama tentang pendidikan, ekonomi, dan penguatan kaum perempuan serta isi-isu aktual di Indonesia dan dunia. Target dan daya jangkau yang lebih luas sempat direspon oleh surat kabar lain dan wacana yang kerap dikutip oleh surat kabar lain. Rubrik menarik dari Tjaja Timoer adalah rubrik perempuan bertajuk Sinar Iboe yang telah dimuat sejak terbitan pertama. Rubrik ini diasuh oleh redaktris bernama Leila’toelmala. Perempuan kelahiran Medan ini disepakati oleh permufakatan redaksi untuk mengurus rubrik yang sedianya ditujukan untuk kepentingan kaum istri di Indonesia.
Baca Juga :Soempah Pemoeda: Mengembalikan Kemewahan Yang Sempat Tenggelam Ditelan Zaman
Leila’toemala bersekolah di Europeesche School di Medan dan pada 1919 di Fort de Kock, kini Bukittinggi. Selanjutnya saat meneruskan studi di MULO Padang, ia bercita-cita untuk aktif di bidang jurnalistik mengingat kehidupan kaum perempuan Indonesia. Leila’toelmala diklaim oleh redaksi Tjaja Timoer sebagai redaktur perempuan pertama di Borneo Barat. Dengan tujuan membawa perubahan dan lebih jauh lagi dapat mendorong pembentukan perkumpulan bagi kaum perempuan, rubrik ini diberi tempat khusus dalam setiap edisinya.
Isu tentang penguatan peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dimuat hampir setiap artikel. Bahkan terdapat sebuah artikel yang memuat ratapan seorang istri yang dipoligami. Dalam artikel yang mungkin dibuat untuk memotret keadaan kaum perempuan kebanyakan di Indonesia. Artikel tersebut memberi penguatan terhadap kaum perempuan tanah air dengan memuat foto seorang penerbang Prancis bernama Louise Maryse dengan keterangan gambar yang cukup provokatif berikut, “kalau lelaki pandai, mengapakah perempuan tidak sanggup?”
Baca Juga :Soempah Pemoeda – 91
Pentingnya pendidikan formal melalui sekolah bagi perempuan juga menjadi topik yang diangkat. Redaksi rubrik Sinar Iboe menyoal pandangan lama bahwa perempuan berpendidikan akan merusak sifat dan budi. Diantara edisi Tjaja Timoer lainnya, artikel berjudul “Pemandangan Kepada Bangsakoe Kaoem Iboe di Borneo Barat” memuat jelas visi dari dibentuknya rubrik Sinar Iboe. Muatan Tjaja Timoer sepertinya dianggap cukup kooperatif dan tidak membahayakan ketertiban umum oleh pemerintah sehingga masih bertahan terbit setidaknya hingga tahun 1941.
Penulis : Syafaruddin Usman MHD, historian researcher