mimbaruntan.com, Untan- Selain melakukan pendampingan pengelolaan air minum, di desa lainnya tepatnya di Desa Podorukun mahasiswa Untan juga mendampingi masyarakat dalam mengembangkan kopi saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Revitalisasi Kawasan Perkotaan Baru (RKPB) 2019 sejak 1-5 September 2019 di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara.
Pendampingan dilakukan dengan mengubah cara pemasaran, yakni mengemas bubuk kopi tersebut ke dalam kemasan, dari yang sebelumnya hanya menjual bubuk murni. Selain itu, masyarakat juga diberikan sosialisasi dan pelatihan terkait pengembangan potensi kopi tersebut. Sosialisasi telah dilakukan pada Kamis, 15 Agustus 2019 dengan kedatangan tim Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dari Jember dan Jakarta.
“Sudah 19 tahun kopi ini diusahakan oleh Ibu Likha. Mereka tahunya ini kopi liberica, cuma sayangnya setelah diteliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dari Jember ternyata tidak murni liberica. Memang lebih banyak liberica, tapi bercampur dengan excelsa dan robusta. Ini menjadi potensi masyarakat Podorukun. Karena ketidaktahuan bagaimana pemasaran dan sebagainya, mereka menjualnya tidak dalam bentuk kemasan tetapi dibawa dengan bubuk biasa. Tidak ada bimbingan sama sekali,” tutur Uray selaku dosen pembimbing lapangan.
Kemudian, kegiatan sosialisasi dilanjutkan keesokan harinya di Balai Desa Podorukun yang dihadiri oleh perangkat desa, masyarakat, dan petani kopi. Sosialisasi Pelatihan Pengembangan Potensi Kopi Khas Desa Podorukun disampaikan oleh Gusti Iwan Darmawan sebagai salah satu pengusaha Kopi Kojal yang sukses. Ia memberikan pelatihan kepada masyarakat petani mengenai cara memilih bibit dan menanam yang baik, termasuk cara mencegah hama yang terjadi pada pohon kopi. Gustu juga menjelaskan cara memanen, mengolah, dan memasarkan produk dengan baik, serta cara pengurusan izin P-IRT (Produk Industri Rumah Tangga).
Urai menuturkan bahwa pengembangan kopi di Desa Podorukun akan dilakukan secara berkelanjutan. Mulai dari pengolahan tanah, pemurnian kopi, penanaman, bahkan sampai pemasaran. Jika terus dikembangkan, Ia meyakini kopi liberica asal Podorukun akan mendunia bahkan jadi salah satu kopi terbaik di dunia.
Adapun pendampingan berikutnya yang dilakukan mahasiswa ialah pengembangan salak gading yang merupakan salah satu komoditas unggul di Desa Seponti Jaya. Ia menceritakan kalau rasa salak tersebut jauh lebih manis dibandingkan Salak Sekura, Kabupaten Sambas.
Kedatangan mahasiswa ke Desa Seponti Jaya dikatakan Urai berhasil mendorong masyarakat setempat untuk menambah luasan lahan pengelolaan salak, meskipun diakuinya hal itu cukup menjadi tantangan di tengah maraknya lahan yang dijadikan perkebunan sawit. Di samping itu, mahasiswa juga berhasil mengajak masyarakat untuk lebih giat dalam mengembangkan dodol salak.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPKM) Untan, Eddy Suratman menjelaskan bahwa KKN RKPB ini sudah berjalan selama dua tahun. Ia bersyukur karena selama dua tahun berlangsungnya program tersebut, banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat bahkan mendapat respon positif dari pemerintah setempat.
“Program ini berlangsung selama tiga tahun, ini sudah tahun kedua. Tahun pertama itu, perencanaan atau inventarisasi masalah. Mana yang punya potensi ekonomi dan sebagainya. Sementara tahun kedua dan ketiga ini implementasi dari perencanaan tersebut,” pungkasnya.
Penulis: Tri Asriyana (Citizen Reporter)
Editor: Nurul R.