mimbaruntan.com, Untan – Segudang manfaat asam fulvat yang terkandung pada tanah gambut menjadi salah satu diskusi hangat pada Bincang Gambut Seri-6: Menyapa Gambut Tertua dan Keunikannya. Mulai dari kesehatan hingga pertanian, asam fulvat kini menjadi peluang emas dalam pemeliharaan gambut di masa mendatang.
Dalam paparannya, Rudi Setyo Utomo, peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) mengemukakan bahwa asam fulvat memiliki begitu banyak kelebihan yang bisa digunakan oleh masyarakat karena nilai ekonomi yang dimiliki. Mengingat jumlah lahan gambut yang berada di Kalimantan Barat cukup luas, yaitu sebanyak 282.671,35 ha di Kabupaten Kubu Raya, sebanyak 304.865,39 ha di Kabupaten Ketapang serta daerah dengan lahan terluas di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas tanah 379.909,69 ha.
Molekul pada asam fulvat berukuran kecil dan dapat berdifusi dengan baik. Berat molekul asam fulvat rendah dan aktif karena banyak mengandung oksigen, gugus hidroksil dan karboksilat. Asam fulvat juga memiliki kemampuan mengikat logam-logam berat dan logam-logam alkali tanah serta memiliki sifat elektrolit yang mengakibatkan asam fulvat mudah sekali menarik dan berdifusi ke dalam sel-sel hewan maupun manusia. Sifat elektrolit ini akan meningkatkan ketersediaan nutrisi lebih mudah diserap dan mengembalikan setiap sel individu kepada keseimbangan kimiawi yang normal.
Baca Juga: Gali Potensi Gambut dengan Digitalisasi Agribisnis
Selanjutnya Rudi memaparkan manfaat asam fulvat bagi kesehatan yang telah diuji dan digunakan sebagai antiinflamasi, astringent, antioksidan, antialergi dan antimikroba. Ia menambahkan bahwa asam fulvat memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas yang begitu potensial untuk membasmi mikroba yang sangat resisten terhadap antibiotik dengan fungsi tambahan mengatur peradangan, khususnya pada kulit.
“Efektivitas asam fulvat sudah dibuktikan dengan uji klinis, terutama di India sangat intens melakukan penggunaan asam fulvat sebagai obat tradisional dan bahan dasar pelembab yang dapat melindungi kulit dari sengatan ultraviolet,” ungkap Rudi saat memberikan materi mengenai peran asam fulvat bagi kesehatan.
Di sisi lain, asam fulvat bagi pertanian sudah tak asing lagi digunakan sebagai pupuk yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman, mengurangi pembusukan ujung bunga, meningkatkan hasil produksi tanaman, serta meningkatkan kinerja tanaman pada kondisi kekeringan dan pengairan yang baik. Pada tanaman kelapa sawit yang diberikan campuran pupuk NPK dan asam fulvat, akan mengurangi kebutuhan pupuk NPK sekitar 70%. Terakhir, kemampuan asam fulvat sebagai senyawa yang mampu mereduksi kebutuhan pestisida akan mengurangi tingkat pencemaran dari pestisida tersebut.
“Beberapa tahun lalu saya melakukan pengujian di Bogor dan Parindu dengan pohon karet yang diberikan campuran pupuk dan asam humat akan mengalirkan getah lebih lama dan kental, volumenya jadi lebih besar sehingga meningkatkan produksi karet,” ujar Rudi.
Baca Juga: Soroti Keunikan Gambut Tertua Melalui Bincang Gambut
Selain pertanian, asam fulvat juga digunakan pada hewan ternak, khususnya pada sapi perah. Sebanyak 75 gram asam humat dari konsumsi bahan kering yang ditambahkan ke ransum sapi perah memiliki efek positif pada kualitas kolostrum, produksi susu, rasio lemak susu dan keseimbangan energi negatif yang mengakibatkan meningkatnya kualitas dan kuantitas susu sapi perah. Hal yang sama diterapkan pada ayam juga meningkatkan produksi telur ayam.
“Respon imun kulit pada tikus dapat ditekan dengan penggunaan asam fulvat dan memastikan bahwa dosis 40 ml larutan sebanyak 3,8% yang diminum dua kali sehari selama tiga hari dianggap aman,” lanjut Rudi saat menjelaskan dosis penggunaan asam fulvat yang tepat bagi hewan.
Namun, Rudy juga menjelaskan bahwa kelemahan penggunaan preparat gambut terletak pada keragaman yang cukup besar dari berbagai jenis gambut, ini dikarenakan kondisi biologi, kimia dan geologi yang berbeda setiap daerah selama proses pembentukan. Hal ini akan membentuk asam fulvat yang bervariasi sehingga efektivitasnya perlu diteliti lebih lanjut. Pada berbagai olahan gambut pun, aktivitas biologis tidak hanya terkait dengan fluktuasi komposisi kimia tetapi juga menggunakan teknik aplikasi yang berbeda.
“Berdasarkan studi yang ada, masih belum jelas teknik aplikasi mana yang paling efektif untuk masing-masing spesies hewan khususnya pada ternak, sehingga perlu adanya uji lebih lanjut. Misalnya pada pembuatan pakan gambut terdapat risiko adanya kontaminasi bakteri primer dan sekunder, maka penting untuk meminimalisir potensi kontaminasi selama penambangan, pemrosesan dan penyimpanan,” tutup Rudy.
Terakhir, berbicara mengenai peran asam fulvat dan pengelolaannya, Rudy berpendapat bahwa gambut sebaiknya tidak hanya sekedar dibakar untuk perolehan pupuk budidaya tanaman dan pangan, namun juga dipelihara dan dikonservasi untuk keperluan yang lebih besar di masa mendatang.
Selaras dengan pernyataan di atas, Muhammad Hatami selaku ketua Wiki Gambut Kalbar mengemukakan bahwa potensi gambut adalah salah satu hal yang harus diperhitungkan sebab memiliki dampak ekonomi terhadap masyarakat. Mengingat saat ini Kalbar berada di urutan ke empat wilayah dengan lahan gambut terbesar setelah Papua. Riau dan Kalimantan Tengah.
“Kalimantan Barat telah menjadi provinsi prioritas restorasi gambut oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) sejak tahun 2018. Harapannya kita dapat melihat gambut dari berbagai latar belakang ilmu dan perspektif, baik dari nilai ekonomi maupun pelestariannya,” pungkas pria yang akrab dipanggil Hatami.
Reporter: Dedek dan Ester
Penulis: Dedek
Editor: Hilda