Aku pernah bicara bersama malam,
disaksikan oleh bintang dan rembulan
Tatapnya binar, sebinar segala keindahan
Ucapnya merdu, semerdu semilir angin
Namun peluknya dingin, sedingin perasaan yang tak sudi memberi balasan
Aku katakan kepadanya jika aku sudah jatuh hati kepada seorang matahari
Yang senyumnya abadi walau telah dibunuh berkali-kali,
yang tetap hadir dilubuk hati walau telah diusir berkali-kali
Aku pun menyukai matanya yang bulat serupa bumi—lengkap dengan binar dikanan dan kiri
Sebetulnya, aku menyukai segala yang ia miliki; termasuk caranya menyiram bunga di pagi hari
Dan tidak butuh waktu lama untuk menjadikan segalanya resmi tak berarti
Baca juga : Fajar Nautikal
Aku memberikannya segala macam perasaan
Namun, aku hanya mampu mendapat kesedihan
Seorang teman bernama awan,
mengatakan bahwa hujan telah datang dan lebih dulu memberi pelukan
Mengguyur segala luka dan kepedihan yang sudah lama sekali dipendam
Walau begitu aku tetap menjaga perasaan ini diam-diam
Hingga kini dengan perantara malam,
aku kirimkan pesan sederhana berupa salam perpisahan
Bahwa aku sudah siap untuk mulai merelakan; sebuah perasaan yang belum sempat kita diskusikan
Tentang Penulis :
Atiqa Humaira Habibah adalah manusia cantik dimuka bumi yang sangat mencintai dirinya sendiri, cita-citanya menjadi ibu kartini untuk anak-anaknya nanti, tulisan ini ditulis mewakili seorang yang akan beranjak dari patah hati, terimakasih kepada pembaca karena sudah sudi untuk membaca tulisan sederhana ini
Sosial media milik Humaira
Instagram : @humairaatiqa