”Ayah…ayah…Jangan pergi, Sadewo ingin ikut berjuang melawan Belanda…” Teriak sang anak Sersan Surya setelah melihat ayah nya pergi bersama Komandan Subagiono untuk bertempur melawan Belanda. Pada malam itu pertempuran sengit terjadi antara pejuang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda, sehingga sang sersan pun turut tertembak. Dengan bercucuran darah, Sersan Surya dibawa oleh Komandan nya pulang kerumah, melihat sang ayah pulang dengan berlumuran darah, Sadewo pun berteriak histeris sambil memanggil ibu nya. ”Ibu…Ibu…” seketika keluarlah sang ibu dari kamar, yang saat itu sedang sakit. Melihat suaminya berlumuran darah, bergegas Retno menuju suaminya yang sudah terbaring di ruang tengah, sambil menangis Retno memeluk jasad suaminya, sersan pun menghembuskan nafas terakhir. Sepenggal bait narasi tersebut merupakan kisah dari pemementasan teater oleh Komunitas Seni Jalan Lain (KSJL), Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP-PGRI) Pontianak, yang digelar di aula kampus satu, pada Selasa malam (9/4), usai pementasan teater.
”Cerita ini menceritakan tentang Sersan Surya dengan Komandan nya yang berjuang melawan penjajah, dimana pada saat itu istri sersan sakit keras jadi sersan bimbang dengan istri dan anaknya tetapi karena jiwa nasionalismenya tinggi dia pun pergi dan meninggalkan anak istri di rumah, kemudian didalam perperangan sang sersan itu tertembak, komandan pun membawa nya pulang. Namun demikian sersan bersikeras untuk kembali ke medan perang, tetapi karena kondisinya yang cukup parah membuatnya terjatuh kemudian meninggal”, ujar Mustika, selaku sutradara dalam pementasan teater.
Pementasan yang disaksikan oleh mahasiswa STKIP dan masyarakat ini seluruhnya diperankan oleh anggota KSJL, yang mana Boy sebagai komandan Subagiono, kemudian Paskalis sebagai sersan Surya, Nissa sebagai Retno istri sersan dan Rizal sebagai Sadewo anak nya sersan dan penulis naskah oleh Firgin Aquarius. Menurut sang sutradara muda ini yang akrab dipanggil Kaka berharap dari dilaksanakan nya pementasan teater dapat memberi pesan moral kepada teman-teman generasi muda. ”Dengan adanya pementasan ini saya harap teman-teman sadar bahwa mempertahankan kemerdekaan itu penuh dengan pengorbanan”, ujar Kaka.
Saat ditanya pendapatnya terkait perkembangan seni peran di masyarakat, khususnya di Kalimanatan Barat, dirinya apresiasi atas jerih payah teman-teman penggiat seni yang mana berkembang secara signifikan setelah direhab nya Taman Budaya. ”Alhamdulillah saya lihat di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak untuk perkembangan teater cukup baik, terutama sejak direhab nya Taman Budaya, jadi banyak kreatifitas seni dari pemuda-pemuda bermunculan dan ditampilkan disana,” ujarnya lagi. ”Dengan direhab nya Taman Budaya tersebut membuat banyak agenda parade teater, kemudian banyak juga sanggar yang didirikan yang kemudian ikut parede, festival”, tambah Kaka. Meskipun seni peran itu sendiri berkembang pesat dikalangan masyarakat, dirinya berharap kedepan terus menampilkan kreatifitas anak muda. ”Kan seni itu bukan hanya Seni Peran, ada Seni Musik, Seni Tari, Seni Budaya, dan banyak lagi. Karena seni peran itu adalah miniatur kehidupan, jadi dengan seni peran itu kita bisa mengingatkan orang, dan menyampaikan pesan-pesan,” ungkap Kaka. Dia menambahkan, masih banyak yang perlu dievaluasi dari kegiatan pementasan tadi, karena itu penting sekali. ”Hasil yang dicapai pada malam hari ini masih perlu dievaluasi apa-apa yang perlu diperbaiki, kalau untuk KSJL alhamdulillah program tahunan terlaksana, kan pementasan itu setiap tahun, jadi untuk tahun ini dapat terlaksana,” tambahnya. Disamping itu Kaka mengatakan, ”bahwa untuk kegiatan KSJL ini cukup banyak, kalau untuk mengisi acara-acara sudah cukup banyak tapi kalau pementasan tunggal seperti di Taman Budaya itu belum, karena kita kalau keluar perlu anggaran juga, jadi kita masih terbentur anggaran untuk melakukan pementasan keluar”, ungkap Kaka. [dodoy]