mimbaruntan.com, Untan — Bunga bangkai tumbuh di Taman Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, menarik perhatian di taman konservasi ini. Taman yang berlokasi di kawasan kampus Untan berfungsi sebagai tempat konservasi tanaman langka sekaligus pusat penelitian bagi mahasiswa dan peneliti. Tak hanya peneliti, Taman Arboretum Sylva juga sering dikunjungi oleh siswa/i sekolah, mahasiswa/i, dan juga dapat menjadi objek wisata pendidikan. Taman Arboretum Sylva juga menjadi tempat rekreasi keluarga, karena tempatnya menyajikan suasana sejuk di tengah hiruk pikuk kota.
Haris Fadillah, mantan pengurus taman Arboretum Sylva, mengungkapkan bahwa bunga bangkai tersebut merupakan hasil kerja keras para senior.
“Saya pernah mendengar cerita dari para senior bahwa bunga bangkai ini awalnya diambil dari luar, lalu ditanam di taman Arboretum,” ujar Haris.
Baca Juga: CFD Pontianak Pindah Lokasi, Menguntungkan atau Tantangan Baru?
Di Taman Arboretum Sylva, terdapat tiga jenis bunga bangkai yang dikenal, yaitu Amorphophallus paeoniifolius, Amorphophallus hewittii, dan Rafflesia arnoldii. Namun, meskipun ketiganya tumbuh di sana, tidak semua berhasil berkembang dengan baik. Haris menjelaskan bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu, terutama banjir yang sering melanda kawasan ini, menjadi salah satu tantangan terbesar dalam merawat bunga bangkai. Tanaman langka ini membutuhkan kondisi yang stabil agar bisa tumbuh dengan optimal dan mekar.
“Sering kali air di hutan ini pasang, dan banjir datang tak terduga. Jika bunga bangkai terlalu lama terendam air, dia bisa layu. Setelah itu, butuh waktu lama untuk bunga itu kembali pulih dan siap mekar lagi. Kami harus bersabar menunggu, karena umumnya bunga ini hanya mekar dua tahun sekali. Bahkan, Amorphophallus paeoniifolius yang ada di sini pun berbunga dengan interval yang sama,” jelas Haris.
Perawatan untuk ketiga jenis bunga bangkai ini pada dasarnya dilakukan dengan cara yang serupa. Haris menjelaskan meskipun ada perbedaan antar jenis bunga, perlakuan yang diberikan hampir tidak ada bedanya.
“Dalam merawat bunga bangkai, kami tidak menerapkan perlakuan khusus. Semua tanaman diperlakukan sama, karena di sini fokus kami adalah konservasi tumbuhan langka Indonesia, dan Arboretum ini merupakan salah satu tempat yang melestarikannya di Pontianak. Kami hanya memberikan perlakuan khusus pada fase persemaian, tapi begitu tanaman mulai tumbuh besar, semuanya diperlakukan serupa,” jelas Haris.
Untuk menjaga keaslian dan pertumbuhan bunga bangkai, salah satu metode yang diterapkan adalah dengan memberi pagar di sekitar tanaman. Pagar ini berfungsi untuk memisahkan bunga bangkai dari semai-semai tanaman lainnya, sekaligus mempermudah pengurus dalam mengidentifikasi tanaman tersebut.
“Di sini banyak semai-semai yang baru tumbuh, dan bunga bangkai yang masih kecil tampak mirip dengan semai tanaman lain. Jadi, agar kami bisa membedakannya, kami beri pagar di sekelilingnya,” tambah Haris
Menurut Verdi Firmansyah, salah seorang penjaga di Arboretum, siklus hidup bunga bangkai tidak selalu sama tergantung pada jenisnya. Contohnya, Amorphophallus hewittii yang memang tidak mekar seperti jenis bunga bangkai lainnya.
“Misalnya, yang jenis tinggi itu, dia memang nggak bisa mekar. Tapi, meskipun begitu, tumbuhnya dia akan layu dulu, lalu siklus hidupnya akan berputar dan tumbuh lagi,” jelas Verdi.
Baca Juga: Mekarnya Bunga Bangkai dan Nasib Endemik di Arboretum
Selain itu, Verdi juga menyebutkan tantangan lain dalam merawat bunga bangkai, yakni masalah iklim tropis yang lembab. Kondisi ini sering kali menyulitkan tanaman untuk berkembang dengan optimal.
“Faktor iklim tropis yang lembab ini memang mempengaruhi. Tanaman tumbuh di lingkungan seperti ini, jadi mungkin itu juga yang membuatnya lebih sulit berkembang, sehingga prosesnya lebih lama,” ujar Verdi.
Meskipun bunga bangkai dikenal dengan bau busuk yang kuat saat mekar, tanaman ini tetap menjadi objek penelitian yang menarik karena sifatnya yang unik dan langka. Menurut artikel dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, bunga bangkai termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae) dan merupakan tanaman endemik Pulau Sumatera. Keberadaannya yang terbatas ini menjadikan bunga bangkai sebagai perhatian khusus, terutama di wilayah Kalimantan, yang bukan habitat asli bagi spesies ini.
Walaupun perawatan bunga bangkai menghadapi berbagai tantangan, Taman Arboretum Sylva UNTAN tetap berkomitmen untuk melestarikan tanaman langka ini. Dengan tekad yang kuat, mereka terus melakukan penelitian untuk memastikan kelangsungan hidup bunga bangkai di luar habitat aslinya dan meningkatkan pemahaman tentang konservasi spesies tersebut.
Penulis : Ridwan Rahmadi dan Delta Nabilla Maharani
Editor : Uis
Referensi : https://ksdae.menlhk.go.id/info/11635/bunga-bangkai-mekar-di-mothers-day-2022.html#:~:text=Bunga%20bangkai%20adalah%20tumbuhan%20dari,bunga%20majemuk%20terbesar%20di%20dunia.