mimbaruntan.com,Untan- Terkait adanya polemik petisi penolakan perambahan Arboretum Sylva Untan, Gusti Hardiansyah selaku Dekan Fakultas Kehutanan (Fahutan) angkat bicara, Jumat (19/6). Menurutnya petisi penolakan perambahan lahan yang beredar bukan atas intruksinya, namun merupakan bentuk kepedulian dan solidaritas mahasiswa Fahutan Untan.
“Mahasiswa yang buat petisi itu cerdas, mahasiswa saya itu punya sense on belong yang tinggi, itu saya sangat berterima kasih. Itu mahasiswa saya ndak saya intruksikan kok,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa adanya petisi tersebut berangkat dari surat resmi Fahutan kepada Rektor Untan. Ia memaparkan, pada Rabu (10/6) diadakan rapat internal mengenai pembahasan batas Arboretum Sylva dan Fakultas Pertanian (Faperta) Untan.
Menurutnya, rapat tersebut belum menemui keputusan akhir, sehingga ia memberikan surat kepada Rektor Untan perihal sejarah dan urgensi Arboretum Untan. “Ingin membuat batas antara Fakultas Pertanian dengan Arboretum. Saya bilang lah selama ini ndak masalah kok batas itu,” ungkapnya.
Baca juga:Dekan Faperta: Tidak Ada Rencana Rambah Arboretum Sylva Untan
Ia juga menerangkan bahwa saat rapat tersebut terdapat rencana pembuatan kandang ayam, sehingga menjadi polemik yang mengancam lahan Arboretum Untan. “Dalam rapat dia (Dekan Faperta-red) berkata ini mau buat apa, ternak ayam, jadi mau buat kandang ayam. Artinya dengan justifikasi ada prodi baru itu, pembangunan yang dimaksudkannya macam-macam. Bisa aja bangun gedung bisa aja bangun apalah gitu,” jelasnya.
Dalam surat nomor 1497/UN22.7/TU/2020 terkait laporan sejarah dan urgensi Arboretum Untan, terdapat lampiran peta foto udara Faperta Untan yang diarsir berwarna merah. Zona itu, kata Gusti, milik Arboretum Untan yang ditandai dengan pepohonan endemik yang tumbuh di atasnya.
“Maka dari peta yang diarsir zona merah, itu zona yang mau diambil makanya kita ndak mau sebab itu masih kawasan Arboretum. Buktinya ada pohon belian, pohon meranti, pohon tengkawang. Anak-anak yang nanam, makanya anak-anak mengamankan itu, sekarang ada police line supaya jangan diganggu ini pohon,” terangnya.
Baca juga:BEM Kehutanan Tolak Rencana Perambahan Arboretum Sylva Untan
“Walaupun komitmen WR 2 kita ndak akan nebang, macam manalah ndak ditebang kalau mau bikin kandang ayam di situ atau mau bikin kolam ikan di bawah pohon. Itu diameter tanamannya udah gede-gede loh,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, tidak mempermasalahkan lagi apabila memang tidak ada pengambilan lahan di Arboretum Sylva Untan. Baginya lebih baik bekerja sama. “Intinya kita ini keluarga besar, kita ingin dapat diselesaikan dengan kekeluargaan juga,” ujarnya.
Terkait batas pengelolaan kawasan, pihaknya ingin menyesuaikan dengan batas alam. “Kita mengusulkan batasnya pun kalau mau ditetapkan, ambilah batas yang bukan bicara batas papan catur, papan caturkan lurus-lurus terus. Nah ambillah batas yang sudah ada dari di pohon-pohon itu. Istilahnya batas alam,” paparnya.
Ia berharap, ke depannya polemik ini dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atas nama kepentingan bersama. “Silahkanlah kita bermusyawarah agar tidak ada fiksi-fiksi untuk kepentingan pribadi gitu loh, dan kita sangat berharap pak rektor dapat mengatasi hal ini, karena ini kan permasalahan Untan,” tuturnya.
Petisi, Bentuk Kepedulian Terhadap Arboretum
Sementara itu, Andre Ronaldo selaku pembuat petisi penolakan pengurangan luas kawasan Arboretum Sylva di laman change.org mengungkapkan bahwa isi petisi yang berangkat dari rasa kepedulian terhadap Arboretum Untan tersebut tidak bermaksud menggiring opini kepada publik. Menurutnya hal ini mengikuti narasi yang tertera dalam surat laporan yang disampaikan Dekan Fahutan kepada Rektor Untan.
“Kami membuat petisi karena ada wacana pembangunan prodi baru yang denahnya ternyata jika ditarik garis lurus terkena lahan Arboretum seluas 1 ha. Kami bergerak atas dasar kepedulian terhadap Arboretum. Narasi petisi ini dibuat berdasarkan isi surat dekan kepada rektor, tidak ada sedikit pun ingin menggiring opini hoax ke publik,” ungkap Andre, Kamis (18/9) saat dihubungi via WhatsApp.
Baca juga:BEM Faperta Sayangkan Adanya Petisi Tolak Perambahan Lahan Arboretum Sylva
Ia juga menyampaikan bahwa petisi itu dibuat atas dasar mempengaruhi keputusan Rektor Untan agar tidak mengurangi luas kawasan Arboretum Untan. “Gerakan ini murni untuk mempengaruhi keputusan rektor agar tidak menyetujui jika pembangunan tersebut harus mengurangi luas kawasan Arboretum,” tambahnya.
Di samping itu, hingga per Minggu (21/6), petisi yang menuai tanggapan dari berbagai pihak tersebut telah ditutup dan mencapai 2.437 pendukung.
Penulis: Sekar dan Hafid
Editor: Nurul R.