mimbaruntan.com, Untan – Selama kurang lebih 22 tahun, Darmaji (63), sosok pria paruh baya ini memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja sebagai pemulung barang bekas.
Darmaji berasal dari Kecamatan Sui Ambawang. Ia tak memiliki anak dan istri atau kerap dikenal dengan sebutan bujang lapuk. Ia sekarang menumpang tempat tinggal di rumah adik perempuannya di Jeruju gang mulawarman 5 .
“Saya menumpang di rumah adik, adik saya sudah berkeluarga, suami adik saya kerjanya berjualan,” Ujarnya.
Pria paruh baya ini sering mangkal di gang martapura II untuk membawa barang bekas tersebut. Dan mulai dari hari senin sampai sabtu, ia tidak pulang ke jeruju.
“Saya mangkal di gang martapura II bawa barang ini, jadi mulai hari senin sampai sabtu tidak pulang ke jeruju, kalau minggu baru pulang. Seminggu sekali.” tambahnya
Setiap hari, ia harus berjuang melawan panas, hujan,untuk bisa mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun dengan langkah penuh semangat, ia terus mendorong gerobak tuanya menuju tempat penampungan barang bekas.
Satu per satu ia memungut botol, kardus, plastik, dan barang bekas lainnya yang kemudian ia masukkan ke dalam gerobak tuanya. Setelah barang-barang tersebut terkumpul, kakek Darmaji kemudian membawanya ke penampungan barang bekas.
“Ini ada penampungannya, yang laku diambil, yang tidak laku biasanyadibuang,” ujarnya.
Penghasilan yang ia dapatkan pun tak banyak. Ia hanya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 17 ribu per hari.
“Sehari biasanya 17 ribu, ya cukup tidak cukup kadangkala ada orang ngasih uang,” ungkapnya.
Wajah lelah dan letih tak dapat ditutupinya. Bagaimana tidak, setiap hari dia berangkat dari pukul 03.00 pagi hingga petang. Kakek Darmaji biasa mencari barang-barang bekasdi sekitaran Jalan Gajahmada dan Jalan Pattimura.
Penulis : Ainun dan Neneng
Editor : Rio Pratama