mimbaruntan.com,Untan– Kabut asap yang sedang melanda Kota Pontianak menyebabkan kualitas udara menjadi tidak sehat. Hal ini akan berdampak pula pada kondisi kesehatan masyarakat Kota Pontianak yang rentan terkena infeksi pernapasan.
“Ini bisa beresiko untuk menimbulkan infeksi pernapasan atau yang biasa kita sebut ISPA, menurunkan daya tahan tubuh sehingga nanti tubuh juga gampang sakit. Lalu kalau terlalu lama bisa menyebabkan infeksi di paru-paru,” ungkap Fithriyyah seorang mahasiswa lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura (Untan).
Ia memaparkan beberapa tips untuk menjaga kesehatan yang harus dilakukan oleh masyarakat Kota Pontianak, antara lain menggunakan masker. Hal ini penting guna menjaga saluran pernapasan untuk menyaring polusi udara yang berukuran sangat kecil. Kedua, mengurangi aktivitas di luar rumah dan terutama saat malam hari, mengingat jarak pandang yang pendek dapat meningkatkan resiko kecelakaan lalu lintas. Ketiga, memperbanyak minum air putih, makan buah-buahan, dan vitamin. Keempat, apabila timbul gejala sesak, batuk, sakit tenggorokan dan lain-lain, segera konsultasi ke dokter.
Sebagai perempuan muda yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial, Fithriyyah berpendapat bahwa solusi untuk masalah kabut asap harus dimulai dari sector kebijakan, yakni penerapan Peraturan daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan Provinsi Kalimantan Barat dan Peraturan gubernur (Pergub) Kalimantan Barat (Kalbar) Nomor 103 Tahun 2009 tentang Prosedur Tetap Mobilisasi Sumber Daya Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalbar yang harus dipertegas.
“Pada dasarnya tanah kita disini itu tanah gambut ya, potensi terbakar pada musim kemarau memang tinggi. Tetapi jangan diperparah dengan tambahan aktivitas manusia yang membuka lahan dengan cara dibakar pula,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa peraturan harus dipertegas terkhusus untuk perusahaan pemilik lahan di Kalimantan Barat. Selain itu mengedukasikan kepada masyarakat tradisional untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, serta mengkampanyekan menolak pembakaran lahan.
Dery Wahyudi, satu di antara mahasiswa Fakultas Kedokteran Untan juga mengatakan keprihatinannya terhadap fenomena tahunan kabut asap yang kerap melanda Kalbar, khususnya di Kota Pontianak.
“WHO (world health organization) menyatakan bahwa ada asosiasi antara bencana kabut asap akibat kebakaran hutan ini dengan peningkatan kasus penyakit baik pernapasan maupun kardiovaskular,” terangnya.
Ia berharap untuk mengatasi permasalahan kabut asap, dibutuhkan upaya preventif untuk mencegah kejadian yang sama lewat kerjasama antara pemerintah dan pihak masyarakat.
“Harus ada penyelidikan yang dalam dan hukum yang tegas untuk menindak oknum terkait. Karena ini terkait kemanusiaan dimana bencana kabut asap dapat menurunkan kualitas kesehatan masyarakat. Korban bukan hanya orang dewasa, namun anak-anak sangat rentan mendapat impact besar dari bencana ini,” harapnya.
Penulis : Anggela J. dan Sekar A.M.
Editor: Nurul R.