mimbaruntan.com, Untan– Awal Agustus lalu, Gedung Konferensi Universitas Tanjungpura (Untan) ambruk dikarenakan angin kencang. Hal ini dibenarkan oleh Pengelola Direktur Eksekutif (PIU) Gedung 7in1 Untan, Sabtu (31/08).
“Secara inti dan dilihat dari titik-titik lain, memang cuaca sedang ada kurang baik. Yang kena memang luarnya saja yang di dalam tidak ada masalah”, jelas Yoke selaku Pengelola Direktur Eksekutif (PIU) 7in1 Untan.
Yoke mengatakan bahwa bangunan Gedung Konferensi yang didesain secara terbuka memang menyebabkan angin masuk dan tidak menemui arah keluar “yang bagian luar kan, teras menghadap ke luar terbuka. Ada angin langsung, di sananya tidak ada lubang untuk mengalir. Jadi anginnya berputar-putar di sana saja.”
Ia menambahkan desain bangunan memang dirancang terbuka karena berbasis hemat energi. “Kalau ditutup semua, jadi arsitekturnya hilang. Kita kan merancang ini berbasis hemat energi ya. Jadi kita tidak banyak menggunakan listrik, ac. Jadi lebih banyak alir angin kita gunakan. Makanya kita ada cleaning servis”, tuturnya.
Menurut Yoke pengalaman ambruknya gedung konferensi ini adalah pembelajaran untuk berikutnya, dengan bagaimana cara mempelajari arah mata angin dan antisipasi yang tepat untuk desain bangunan terbuka. “Mungkin antisipasi yang paling sederhana kan, materialnya. Diperhitungkan lagi. Sekarang ini kan lagi trend arsitektur baja ringan. Dulu kan pakai kayu yang lebih kaku. Materialnya harus disesuaikan. Menggunakan kayu pun kan sekarang tidak bisa sembarang di pakai mentah”, pungkasnya.
PPK (Pihak Pemberi Keputusan) Untan Suherdianto mengatakan masa pemeliharaan Gedung 7in1 belum menjadi tanggungjawab penuh Untan, karena masih menjadi masa pemeliharaan dari pihak kontraktor. “Kita bisa ambil positifnya, kita tahu kelemahan gedung kita itu dimana. Jadi saat masa pemeliharaan, dari pihak kontraktornya bisa langsung memperbaiki kerusakan”, jelasnya.
Suherdianto menambahkan jika terjadi kerusakan kembali dan sudah diserah terima kepada Untan pada oktober tahun 2019 ini, maka seluruh tanggung jawab pemeliharaan akan dilakukan oleh Untan sepenuhnya.
Masa perbaikan sedang dilakukan dan akan selesai selama kurang lebih 1 bulan ini. Sebelum serah terima berlangsung pihak Untan akan melakukan pengecekkan terakhir, “nanti kita ada pengecekan akhir, itu minta investigasilah. Kita melihatlah dari awal pemeliharaan ini, kelemahannya terdapat pada platform. Mungkin platform yang sudah di desain awal, ternyata untuk kondisi cuaca di Pontianak ini agak sensitif. Padahal material-materialnya nomor 1. Ternyata kurang cocok dan perlu perlakuan khusus, sehingga ia tidak mudah rusak.”
Penulis: Anggela J dan Riski R
Editor: Rahma Ning Tyas