mimbaruntan.com, Untan – Berangkat dari semakin bertambahnya jumlah mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) setiap tahun yang mengakibatkan volume sampah bertambah, juga difaktori oleh belum terkelolanya sampah di beberapa fakultas membuat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Lingkungan Hidup Hijau Bersih (PLH Hiber) mengusung program Bank Sampah Untan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle).
Adalah Hani Alfiyani, Ketua Umum UKM PLH Hiber yang menceritakan bahwa pada mulanya, ia mencoba melakukan audiensi secara langsung kepada Rektor Untan terkait kondisi sampah yang ada di lingkungan Untan dan menawarkan program Bank Sampah sebagai solusi. Alhasil, pada akhirnya Bank Sampah Untan tersebut pun diresmikan pada tanggal 23 Maret 2021.
Hani menjelaskan bahwa hadirnya Bank Sampah Untan ini sejalan dengan Peraturan Rektor Universitas Tanjungpura Nomor 06 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan Kampus Ramah Lingkungan (Green Campus) Universitas Tanjungpura, sehingga membuat Bank Sampah Untan ini menjadi peluang yang bagus untuk Untan.
“Pada saat awal dibentuknya Bank Sampah, kita sudah mencoba untuk koordinasi dan pihak Untan sangat welcome menerima adanya Bank Sampah sebagai salah satu program yang ada di UKM PLH Hiber. Karena hal tersebut juga salah satu mendukung cara untuk Untan mencapai visi dan misinya menjadi Untan Green Campus,” jelasnya saat reporter mimbaruntan.com menyambangi Sekretariat UKM PLH Hiber pada Rabu, (20/10).
Selain mendapat dukungan dari pihak Untan, Bank Sampah Untan juga mendapat dukungan dan menjalin kerja sama dengan beberapa pihak eksternal. Mulai dari Dinas Lingkungan Hidup yang menjadi pembina utama, Kelurahan Bansir Laut, hingga OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang sejauh ini berjumlah 24 OPD.
“Kalau pihak luar yang pasti kita kerja samanya dengan Dinas Lingkungan Hidup Pontianak karena mereka secara langsung membina kami kemudian dengan Kelurahan Bansir Laut karena kami berada di kawasan tersebut dan SK kami dikeluarkan oleh pihak mereka. Kemudian kami bekerja sama dengan 24 OPD Provinsi Kalimantan Barat, seperti Kantor Gubernur, PUPR Provinsi Kalimantan Barat, Dinas Ketenagakerjaan, Rumah Sakit Sudarso dan lain sebagainya. Untuk sampah-sampah mereka dikelola oleh Bank Sampah Untan,” terangnya.
Dari Sampah Jadi Peluang
Kepada reporter mimbaruntan.com, Hani menjelaskan bahwa ia melihat adanya kesempatan yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa Untan seperti meningkatkan kewirausahaan. Melalui Bank Sampah Untan, mahasiswa dapat menjadikannya sebagai Social Prenuer media belajar. Tak hanya itu, mahasiswa yang berkecimpung di dalam Bank Sampah Untan juga dapat mengambil peran sebagai pendamping di beberapa Bank Sampah yang ada di Pontianak.
“Bank Sampah Untan dapat menjadi media belajar untuk meningkatkan wirausaha muda baik mahasiswa aktif maupun alumni. Jadi Bank Sampah hadir sebagai media belajar Sosial Prenuer,” ujarnya.
Hani menyampaikan Bank Sampah Untan menerima berbagai macam sampah anorganik yang bernilai ekonomis baik dari mahasiswa, seperti kertas, botol, kaleng, dan sebagainya. Untuk harga yang dipasang juga menyesuaikan dengan harga pasar setiap bulannya.
“Untuk harganya sendiri, itu biasanya kita update harga itu setiap sebulan sekali. Jadi, kadang karena kita ikut harga pasar, apalagi botol mineral itu kadang kita mengikuti harga minyak bumi yang naik-turun, makanya biasa kita update harganya setiap bulan,” ucapnya.
Untuk penjualan atau pengangkutan dari Bank Sampah Untan ke pengepul luar atau pihak ketiga itu dilakukan setiap akhir bulan. Selama sebulan itu, mereka mengumpulkan sampah dari nasabah yang masuk, untuk kemudian dipilah dan diserahkan ke pihak ketiga atau pengepul besar.
“Awal bulan sampai akhir itu, sampah dari nasabah masuk. Kemudian udah kita kumpulkan, kita pilah, baru kemudian kita serahkan ke pihak ketiga atau pengepul besar yang ada di Kota Pontianak maupun Kubu Raya atau ke Bank Sampah Induk yang ada di Kota Pontianak,” jelasnya.
Hani memaparkan bahwa hasil yang didapatkan akan dilarikan untuk biaya operasional dan sebagian juga akan dibagi untuk pengurus. Kemudian, pemasukan dari penjualan sampah juga meningkat setiap bulannya. Hal ini dikarenakan besarnya antusias yang didapatkan dari berbagai pihak melalui akun instagram mereka di @banksampahmahasiswa_untan.
“Hasil dari penjualan itu dilarikan ke operasional dan sebagaiannya juga ada pembagian hasil kepada pengurus. Saya juga banyak dapat Direct Message (DM) setiap harinya, seperti ada yang ingin mengantar sampahnya, ada yang sedekah sampah, ada juga yang mau jadi nasabah jadi mereka nabung dulu nanti kalau sudah banyak baru mereka ambil tabungan mereka,” pungkasnya.
Perjalanan Bank Sampah Untan Selama 8 Bulan
Hani membawa reporter mimbaruntan.com melihat aktivitas Bank Sampah Untan yang sudah berjalan selama 8 bulan ini tentu memiliki pengalaman suka dan duka.
Ia menceritakan suka dukanya selama ini seperti kesulitan menyesuaikan waktu pengambilan sampah di instansi-instansi, terlebih pengurus juga disibukkan dengan jadwal perkuliahannya yang menyulitkan mereka dalam membagi waktu. Lebih lanjut, Hani menyampaikan bahwa dari sinilah terciptanya kerja sama antar mereka. Kemudian, pada saat PPKM level 4 juga sempat menjadi kendala sehingga Bank Sampah Mahasiswa Untan menghentikan pengoperasian selama beberapa minggu.
“Sebenarnya ini masalah waktu, karena Bank Sampahnya juga sudah bekerjasama dengan 24 OPD yang ada di Provinsi Kalbar. Kadang, ada pengurus yang kuliah praktikum atau kegiatan, jadi kita yang sulit menyesuaikan dengan waktu. Namun, dengan hal itu, kita saling kerja sama. Jadi, yang tidak bisa gantian dengan yang bisa, jika tidak biasanya kita ambil hari weekend,” pungkasnya.
Hani berharap, Bank Sampah Untan terus maju dan dapat menghasilkan mahasiswa yang pandai berwirausaha. Tak lupa ia menyampaikan pesan untuk terus menjaga dan peduli terhadap lingkungan, salah satunya dengan memilah sampah.
“Harapannya untuk Bank Sampah Untan semoga selalu maju, gak cuma di tahun ini tapi di tahun selanjutnya. Kemudian, bisa menjadi socialpreneur melahirkan mahasiswa-mahasiwa muda yang pandai berwirausaha, entrepreneur muda, kemudian untuk teman-teman harus jaga lingkungannya juga, harus pandai milah sampah,” tutupnya.
Penulis : Syifa Meidiana dan Putri Arum Widyasari
Editor : Monica Ediesca