MimbarUntan.com– Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak bekerjasama dengan Satu Data Kalimantan Barat laksanakan training jurnalisme data bertempat di Hotel Kini. Kegiatan ini diikuti oleh 25 jurnalis dari berbagai media di Kalimantan Barat serta 6 orang dari pers kampus, Sabtu (18/5).
Sebagai wartawan, ketersediaan data menjadi sangat penting dalam rangka menyajikan informasi ke hadapan publik. Dian Lestari ketua AJI kota Pontianak mengibaratkan jurnalisme ludah sebagai jurnalis yang cenderung mudah percaya dengan perkataan orang lain tanpa mencari tahu terlebih dulu. “Kalo wartawan gak pake data sebenarnya mirip dengan mempraktikan jurnalisme ludah, jadi kalo ada orang yang ngomong dia akan percaya dan tulis tanpa mencari tahu apa yang sebenarnya harus dia cari sehingga tidak terjebak dalam statement orang lain,” ungkapnya.
Tren jurnalisme data di Kalimantan Barat khususnya Pontianak menurutnya sudah banyak dipraktekkan oleh berbagai media arus utama melalui indept reporting dan juga junalisme investigasi. Hanya saja data yang diperoleh masih bersifat manual. “Secara tampilan sebagian besar masih belum ya, tapi sebenarnya di media-media arus utama banyak mempraktikan indept reporting dengan jurnalisme investigasi hanya saja masih data manual yang di dapat. Kalo dalam praktik kita hari inikan kita ngambilnya dari open data , artinya data itu sudah disediakan oleh pemerintah dan bisa dengan cepat menganalisanya,” jelasnya.
Adapun alasan diselenggarakannya kegiatan ini menurut Dian adalah agar memberikan pemahaman kepada wartawan bahwa sudah ada ketersediaan open data yang dimiliki oleh pemerintah, sehingga mempermudah kerja wartawan itu sendiri. “Sejak tahun 2015 sebenarnya kita udah bikin pelatihan tapi itu banyak perkembangannya karena saat ini Open data masih menjadi PR bagi pemerintah. Pertanyaannya si wartawan mau make nggak? Sampai ketika wartawan itu mau make data itu, pertama harus diberi pemahaman kalo ada lho datanya,jadi wartawan gak perlu bergeser dari tempat duduknya dan mendengarkan narasumber yang bicara ngalur-ngidul,” tambahnya.
Berkenaan dengan pentingnya open data sendiri menurut Herwaman dari Digital Pontianak Stream ketika ditemui di sela-sela acara, sangat bergantung dengan siapa yang memerlukan data. Masyarakat sendiri memiliki fungsi-fungsi yang berbeda sehingga kebutuhan akan data pun juga berbeda. “Jadi kalo masyarakat ini harus dibagi lagi artinya harus dibagi sesuai stake holder artinya sesuai fungsi-fungsinya. Saya sebagai pebisnis itu beda lagi fungsinya dengan saya sebagai NGO ataupun pelanggan,” jelasnya.
Masyarakat Pontinak sendiri menurutnya masih sedikit yang sadar dengan ketersediaan open data dari pemerintah karena kurangnya riset. ”Masih sedikit karena kurangnya riset. Untuk masyarakat pontianak sendiri tergolong unik karena apapun yang viral ikut. Tapi kalo di luar negeri udah nggak gitu, karena mereka melihat data. Tapi kalo Pontianak nggak, yang penting viral, jadi nggak melihat aspek risetnya. Banyak yang dapat dianalisis. Tapi budanyanya bukan itu,” tutupnya.
Penulis : Mita Anggraini
Editor : Sekar A.M.