Banyak orang yang mengira kehidupan anak kuliah itu bahagia. Padahal itu hanya gambaran dari luar saja. Pandangan tersebut tercipta karena sebuah karya yang bernama FTV. Di mana anak kuliahan digambarkan ber-style keren, nongkrong, eh tau-taunya lulus. Banyak FTV, sinetron, bahkan drama Korea seolah-olah memanipulasi kehidupan nyata anak kuliahan yang banyak ngenesnya. Lebih lagi di tanggal tua menanti, isi dompet juga ikutan ramping. Koin lima ratusan seolah menjadi penyelamat kayak pahlawan dari film Iron Man.
Pada kalangan mahasiswa sudah biasa dengan jam tidur yang diirit. Begadang boleh saja kalau ada perlunya kata Rhoma Irama seolah menjadi semboyan untuk diri sendiri. Tugas yang selalu datang silih berganti menjadikan begadang sebuah solusi. Memang perjuangan seberat itukah? Tidak juga, lebih berat menahan rindu dengan pujaan hati. Kebanyakan mahasiswa sudah seperti panda akibat kebanyakan begadang. Kalau panda terlihat imut dengan lingkaran mata. Kenapa mahasiswa lebih terlihat ngenesnya? Lingkaran mata yang setiap bulan seperti meningkat saja ukurannya, apalagi jika sudah mendekati skripsi. Kopi menjadi teman setia begadang pengganti doi. Sehingga jangan heran kebanyakan mahasiswa menjadi anak Indie penikmat senja. Mengapa bukan penikmat pagi saja? Sebab di pagi hari masih digunakan untuk bermimpi. Pepatah orang dulu pun sudah tidak laku lagi yang mengatakan kalau bangun kesiangan rezeki akan dipatok ayam. Mengawali pagi dengan tidur dan bermimpi menjadi rutinitas setiap hari.
Baca juga: Kaum Intelektual Jangan Tersandera Kepentingan Kapitalis!
Kegiatan mahasiswa yang erat hubungannya dengan organisasi juga menuntut harus diikuti. Untuk persiapan setelah lulus nanti membuat sebagian mahasiswa dan mahasiswi memaksa diri untuk masuk ke dalam organisasi, biar bisa ngisi CV, dan mencari relasi. Namun ada juga yang masuk dengan kerelaan hati hingga menjadi mahasiswa aktivis. Itu tergantung pilihan hati lagi, mau jadi mahasiswa kupu-kupu atau menjadi mahasiswa aktivis. Karena semua ada sisi positif dan negatifnya lagi. Asal jangan menyesal di kemudian hari.
Kisah selama mengerjakan skripsi tak kalah horornya. Tapi yang hidupnya lebih horror maka tak jadi masalah. Dari drama dosen yang tiba-tiba sulit dihubungi sampai yang suka nge-ghosting seperti doi menjadi latihan untuk dunia yang lebih keras lagi. Tak heran kalau mahasiswa tingkat akhir tiba-tiba jadi religius, bukan karena Ramadan telah tiba namun lebih ke karena sebuah kewajiban bernama skripsi. Skripsi yang dikoreksi hanya dicoret-coret pun menjadi kebingungan tersendiri bagi mahasiswa, kalau yang dicoret diberi penjelasan masih membuat hati adem, namun kalau yang dicoret-coret seperti lukisan tak jadi membuat pikiran dan hati menjadi lebih tak tenang lagi. Hingga tidur tak tenang, makan tak tenang sampai mandi tak basah. Tetapi mau bagaimana lagi, mau tidak mau harus dijalani demi sebuah gelar sarjana untuk tulisan nama di kartu undangan pernikahan atau menjadi kemudahan untuk mencari pekerjaan. Hidup memang penuh tantangan dan masalah yang datangnya silih berganti. Kelar kisah mengerjakan skripsi datang kisah-kisah selanjutnya yang lebih menyayat hati. Mulai dari kebingungan mencari pekerjaan sampai kebingungan menunggu idaman hati. Memang harus menguatkan diri walaupun hidup memang begini, karena hidup hanya sekali pahit dan manis harus dinikmati serta yakin kalau semua ini akan terlewati. Jadi nikmati hidupmu dan terus berjuang. Jangan lupa dengar lagu Rhoma Irama berjudul Perjuangan dan Doa biar semangat nambah lagi. (*)
*) Opini ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi mimbaruntan.com
Penulis: Natasya, Mahasiswa Teknik Elektro Fakultas Teknik Untan