Mimbaruntan.com, Untan – Mirisnya melihat video tentang seekor kura-kura yang di hidungnya tersangkut sedotan plastik, membuat Devani seorang mahasiswa kelahiran Pontianak, 25 Oktober 2000 ini tergerak untuk mengurangi sampah plastik. Memang cukup sulit untuk memulai gerakan non-plastik. Apalagi jika banyaknya masyarakat yang beranggapan bahwa barang-barang dari plastik sekali pakai tergolong praktis dan murah.
Maka dari itu Devani memulainya dari hal kecil nan sederhana. Sedotan, setiap orang pasti menggunakannya rata-rata dalam sehari ada tiga buah. Artinya jika ada 10 orang berarti sudah 30 sedotan menjadi sampah setiap harinya. Ini hanya berupa sedotan plastik. Belum lagi sampah plastik lainnya seperti gelas plastik, kantong plastik, pembungkus makanan plastik dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Menjadi Kartini Masa Kini, Bersuara Lewat Karya
“Saya melihat masyarakat luar negeri sudah banyak yang mulai menggunakan sedotan ramah lingkungan seperti stainless. Maka saya berpikir untuk juga menyuarakan gerakan non-plastik dengan menjual sedotan plastik di wilayah Pontianak ini. Karena sulit untuk mendapatkannya. Jadi ini aku order dari Tiongkok,” ujarnya.
Penggunaan sedotan stainless dimulainya dari diri sendiri. Baru kemudian mencoba menjualnya pada orang lain. Sedikit demi sedikit tak mengapa setidaknya sudah sedikit mengurangi sampah.
Perihal mengapa memilih sedotan stainless, Devani menyebutkan beberapa alasan. Selain tahan panas, juga tahan karat dan tahan lama karena tidak mudah pecah seperti bahan kaca. Walau begitu, tetap ada kemungkinan kecil risiko, seperti dapat melukai anak anak dengan tertusuk jika tidak dalam pengawasan. “Kalau karat, kemungkinannya kecil ya. Palingan mungkin sering dipakai untuk minum soda. Tapi nggak dibersihin lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Sosok yang Ingin Berbagi dan Menebar Manfaat
Walau produk yang dijualnya diperkirakan akan sangat membantu mengurangi timbunan sampah, namun Devani mengaku tidak mempromosikan produk ini dengan begitu gencar. Ia lebih memilih orang lain yang mencari. Baginya jika produk itu dibeli namun tidak digunakan ya hal itu sama saja. “Saya sih nggak maksa orang buat beli. Soalnya kalau mereka beli tapi tidak di pakai, ya sama aja dia tetap pakai sedotan plastik. Aku jual ke orang yang butuh sedotan ini. Berarti dia udah betul-betul sadar dan udah tahu gimana cara pakainya,” ujarnya.
Selain itu Devani juga berpesan bahwa untuk mengurangi sampah kita bisa memulainya dari diri sendiri. Dari hal-hal yang sederhana yang mungkin saja bagi orang lain hal ini terkesan tak berguna, biasa, atau mungkin merepotkan. Tapi sebenarnya hal-hal kecil itu sudah cukup membantu untuk mengurangi sampah plastik. “Intinya dari diri sendiri untuk mengurangi sampah. Bisa dimulai dari membawa tas saat belanja, menggunakan botol minum saat membeli minuman atau kotak makan saat membeli makanan di luar,” tutupnya.
Penulis: Yolanda Amelia Siahaan
Editor : Aris Munandar