mimbaruntan.com, Untan – Marsinah. Marsinah bukanlah sekedar pekerja, dia adalah simbol perjuangan buruh yang tidak kenal lelah. Di tengah kegelapan kisahnya, kita menemukan cahaya inspirasi yang mengilhami kita untuk terus berjuang demi keadilan dan martabat bagi seluruh pekerja.
Marsinah dikenal sebagai sosok yang berani bersuara dalam memperjuangkan hak-hak buruh. Namun, pada tanggal 8 Mei 1993, perjuangannya terpaksa berakhir tragis setelah ia diculik, disiksa, diperkosa, dan akhirnya dibunuh. Jenazahnya ditemukan pada keesokan harinya, 9 Mei 1993, dalam kondisi yang mengerikan di sebuah gubuk di Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur, sekitar 200 km dari tempatnya bekerja. Kasus pembunuhan ini menjadi salah satu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang paling mengerikan dalam sejarah Indonesia, hingga menarik perhatian dunia.
Baca Juga: Menolak Kembali Ke Orde Baru
Marsinah, seorang wanita sederhana yang bekerja sebagai buruh pabrik di era Orde Baru, menjadi ikon perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan. Pekerja keras dan berdedikasi, dia berani angkat bicara melawan kondisi buruh yang tidak manusiawi. Namun, keberaniannya membuatnya menjadi target rezim yang tidak toleran terhadap kritik.
Tragedi pembunuhan Marsinah bukan hanya mengakhiri nyawanya, tetapi juga menggugurkan harapan banyak pekerja yang mengharapkan perubahan. Namun, di balik tragedi itu, semangat perlawanan Marsinah terus hidup. Kisahnya menjadi pemicu bagi gerakan buruh yang semakin gencar menyuarakan hak-hak mereka.
Tidak hanya menjadi simbol perjuangan, Marsinah juga mewakili kekuatan perempuan dalam gerakan buruh. Sebagai pekerja perempuan, dia menghadapi berbagai tantangan dan diskriminasi, namun dia tetap tegar dan tidak menyerah. Kehadirannya mengingatkan kita akan pentingnya memberdayakan perempuan dalam dunia kerja dan melawan segala bentuk ketidakadilan berbasis gender.
Perjuangan Marsinah mencakup berbagai aksi protes, pemogokan, dan advokasi untuk hak-hak pekerja. Dia juga menjadi suara bagi rekan-rekannya yang terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil di tempat kerja. Marsinah mendirikan serikat buruh, memimpin perjuangan untuk kondisi kerja yang lebih baik, dan menjadi inspirasi bagi gerakan buruh di seluruh Indonesia.
Kisah Marsinah tidak hanya kita kenang pada tanggal 1 Mei saja, namun juga diabadikan dalam beberapa karya, seperti sebuah film yang digarap oleh Slamet Rahardjo dengan judul “Marsinah (Cry Justice)” dan sebuah album musik bertajuk “Marsinah” yang diluncurkan oleh Seniman Surabaya bekerja sama dengan penyanyi keroncong senior Mus Mulyadi.
Baca Juga: Relevansi Budaya Feminisme dan Pemberdayaan Kaum Perempuan
Pada Hari Buruh, kita tidak hanya mengenang Marsinah sebagai pahlawan masa lalu, tetapi juga sebagai inspirasi untuk perjuangan masa kini. Kisahnya mengajarkan kita pentingnya solidaritas, keberanian, dan keteguhan hati dalam menghadapi ketidakadilan. Mari kita lanjutkan perjuangan Marsinah untuk menciptakan dunia kerja yang lebih adil, di mana setiap pekerja, tanpa terkecuali, diperlakukan dengan martabat dan keadilan yang layak.
Penulis : Louis Maria Sektiningtyas
Editor: Ibnu Najaib