mimbaruntan.com, Untan – Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar kuliah umum bertajuk “Hutan Rawa Gambut Di Indonesia: Kondisi Saat Ini Dan Peluang Penyelamatannya” pada Jumat, (12/5) di ruang virtual Zoom Meeting.
Kuliah umum ini menghadirkan Prof. Dr. Ir. Dwi Astiani, M.Sc sebagai pembicara tamu. Dilansir dari mimbaruntan.com, Guru Besar Manajemen Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura ini memiliki konsentrasi dalam bidang Lahan Gambut Tropis.
Dalam pemaparannya, Dwi Astiani selaku pembicara mengatakan bahwa hutan rawa gambut di Indonesia adalah salah satu jenis hutan yang penting karena memiliki peran yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan menyimpan cadangan karbon yang besar. Sayangnya, kondisi hutan rawa gambut di Indonesia mengalami degradasi dan kerusakan yang cukup parah.
“Kondisi lahan gambut terkini memiliki banyak sekali gangguan, pada hutan rawa gambut yang sebagian sudah dibelah untuk pembuatan kebun sawit dan ada yang dibuat hutan tanaman, padahal dulunya hutan alam yang sebenarnya masih bisa dipulihkan,” ujarnya pada Jumat, (12/5) di ruang virtual Zoom Meeting.
Baca juga: Munculkan Potensi Unggulan Untuk Desa Gambut
Hutan rawa gambut sendiri memiliki peran yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan ekosistemnya, yaitu sebagai penyimpan/penahan air serta pengontrol banjir, mempertahankan kelembaban, shelter beragam fauna serta sebagai penyimpan karbon.
“Hutan rawa gambut juga berfungsi sebagai penstabil iklim mikro karena kondisinya yang lembab dan basah, sehingga dapat mempertahankan kelembaban dan suhu. Selain itu, hutan rawa gambut merupakan ekosistem bagi banyak makhluk hidup,” jelasnya.
Adapun Dwi Astiani mengungkapkan fungsi lain dari gambut yaitu mampu menangkap muatan negatif seperti polutan atau logam berat sehingga dapat menjadi pembersih lingkungan.
“Fungsi lain dari gambut ini agak lebih amazing kalo menurut saya, jadi dia sebagai chelate, karena bahan organik ini punya muatan negatif yang lumayan besar sehingga air yang hanyut dari hulu tadi membawa serta polutan atau logam berat dia akan menempel di permukaan gambut,” tuturnya.
Melihat kondisi di hutan rawa gambut di Kalimantan Barat, Dwi Astiani menyebut kondisinya masih terhitung baik sebab kerapatan pohon dan keragaman spesiesnya masih terjaga.
“kerapatan pohonnya itu masih bagus, pohon di atas 10 cm itu masih banyak sekali, 500-600 (buah), masih baguslah hutannya. Spesiesnya juga beragam dari 80-167 jenis pohon,” tambahnya.
Namun, karena adanya aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, serta kebakaran hutan yang sengaja atau tidak sengaja terjadi, hutan rawa gambut mengalami kerusakan yang serius. Dampak dari kerusakan ini termasuk hilangnya habitat bagi flora dan fauna, serta pelepasan besar-besaran gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim global.
Baca juga: Mengintip Segudang Manfaat Asam Fulvat pada Gambut
Helna Siregar, salah seorang partisipan turut memberikan responnya terkait kondisi hutan gambut di Indonesia saat ini. Menurutnya, pengalihfungsian lahan gambut menjadi lahan pembangunan menjadi salah satu faktor berkurangnya lahan gambut.
“Hutan rawa gambut di Indonesia saat ini sudah berkurang ya karena disebabkan oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab seperti mengalih fungsikan ke lahan-lahan pembangunan sehingga timbulnya pemanasan global dan juga tidak ada perubahan yang signifikan pada upaya penyelamatan hutan rawa gambut”, ujarnya.
Helna berharap semoga pihak terkait dapat menyeimbangkan antara manfaat dan konsekuensi di hutan rawa gambut, mengingat tanah gambut ini memiliki manfaat di satu sisinya, namun juga dapat berbahaya di sisi lain.
“Semoga lebih baik, dan bisa teratasi dengan baik, soalnya kan tanah gambut ini di satu sisi bermanfaat, di sisi lain bisa dibilang kayak berbahaya. Semoga dapat solusi untuk menyeimbangkan antara manfaat dengan konsekuensi di hutan rawa gambut,” pungkasnya.
Penulis: Wahyu Anggraini
Editor: Lulu