Judul buku : The 100-Years-Old Man Who Climbed Out of the Window andDisappeared
No. ISBN : 978-602-291-500-3
Penulis : Jonas Jonasson
Penerjemah : Marcalais Francisca
Penerbit : Bentang
Tahun : 2018
Halaman :504
Ketika saya berjalan melewati jajaran rak berisi buku di toko buku, mata saya tak sengaja melihat buku tebal berwarna oranye ini. “The 100-Years-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeard”. Judul yang lumayan panjang. Sesuai dengan tebal bukunya yang terdiri dari 504 halaman. Mungkin sekilas akan terlihat berat dan akan membosanan saat membacanya. Namun, hal itu ditepis oleh Jonas Jonasson. Penulis asal Swedia ini dapat membuat pembaca betah mendalami isi buku yang sudah menjadi International Bestseller itu.
Berawal dari kisah sepele perjalanan seorang pria tua yang bernama Allan Karlsson yang melarikan diri dari panti jompo, kita akan disuguhi pertemuan yang tak disengaja dengan para tokoh dunia, petualangan melawan kriminal internasional, dan kisah perjalanan dengan partner nyentrik yang ditemui di tengah perjalanannya. Dengan hanya mengantongi beberapa ratus krona, ia memulai perjalanan yang tanpa persiapan itu dengan kabur memanjat balkon kamar tepat pada hari ulang tahun ke-100 nya.
Baca juga: Review Buku “Konspirasi Alam Semesta” karya Fiersa Besari
Cerita ini tak sesederhana itu, karena penulis membuat alur cerita yang cukup kompleks. Jonas Jonasson membuat pembaca akan bolak balik melewati mesin waktu yang dimana kita akan menyaksikan perjalanan hidup Allan saat dia masih muda dan dikenal sebagai ahli pembuat bom, bakat yang didapat saat ia menjadi buruh saat perang dunia. Kita akan dibawa ke masa disaat Allan Karlsson bertemu dengan Harry S.Truman, presiden ke-33 Amerika Serikat, Tokoh komunis Tiongkok; Mao Tse Tung, bahkan Einstein.
Mungkin akan terlalu panjang jika saya membahas seluruh kisah perjalanan pria swedia ini. Bagaimana tidak, berawal dari satu pesta ulang tahun kecil kecilan, membawa kita ke kejadian yang tak terduga. Kita akan melihat situasi perang dunia, kekacauan dimana mana, perseteruan antar ideologi kiri dan kanan, hingga sisi keilmuan fisika dalam pembuatan bom atom. Namun, hal ini jugalah yang akan membuat para pembaca akan selalu penasaran akan akhir cerita ini. Ibarat jalan yang tak berujung, selalu ada kejadian baru yang sebenarnya adalah imbas dari kejadian masa lampau. Bak susunan domino, cerita ini dirangkai sedemikian rupa sehinga mendapat benang merah secara keseluruhan dengan apik.
Terlebih lagi, novel ini sarat akan pelajaran moral yang disiratkan melalui ironi sosial masyarakat masa kini. Dibalut dengan komedi dari kepolosan dan “kebodoamatan” para tokoh utama yang dapat membuat pembaca menyengir sepanjang membaca buku ini.
Secara pribadi, saya sangat menyukai sifat dari karakter utama dalam novel ini. Allan adalah pria yang cenderung tidak mau repot, berpikir secara sederhana, dan tidak muluk-muluk, walaupun terkadang ia memiliki ide yang sangat cemerlang dalam memecahkan suatu masalah. Ia cenderung tidak memikirkan tentang ideologi apapun walaupun sepanjang perjalanannya ia dikelilingi oleh para tokoh perjuangan dari berbagai macam negara. Bahkan ia adalah orang yang “alergi” terhadap pembicaraan yang berbau ideologi dan agama.
Baca juga: Review Buku: Cold Couple
Membaca novel ini mungkin adalah pilihan yang tepat jika anda ingin melihat kebelakang bagaimana sejarah dunia terbentuk dengan kekerasan, perang, dan adu pemikiran. Cerita dan tokoh dalam cerita ini memanglah fiktif, tapi hal ini tidak menampik bahwa sejarah dunia ini memang seringkali ditulis dengan tinta darah dan airmata dalam kertas peperangan yang cenderung sia sia. Kepolosan Allan muda adalah cerminan dari kemurnian pemikiran manusia yang tak menginginkan adanya perang. Saat ia muda, peluru berdesing dan bom bom meledak di sekelilingnya, namun ia tak begitu paham mengapa hal itu terjadi.
Mungkin tak berlebihan jika buku ini masuk dalam list bacaan anda. Namun, perlu diperhatikan bahwa kisah ini tidak nyata. Hal ini saya tekankan karena alur cerita yang berujung pada perjalanan Allan di Indonesia saat pemerintahan presiden Yudhoyono ini sangat memiliki kejadian dan waktu yang sama dengan yang benar benar terjadi di kehidupan nyata.
Oleh : Daniel Simanjuntak