“Betapa aku merindukan aroma tubuhmu, ingin segera aku menghisap batang panjang itu,” ucap Kardi lirih dengan muka aneh. Matanya yang lebar itu berkedut kedut saat melihat batang milikku. Maklum, dia tidak diperbolehkan menghisap batang itu semenjak menikah dengan wanita pilihan orangtuanya.
Sebelum kalian berpikir yang aneh aneh tentang kalimat pertama dalam tulisan ini, “batang panjang” yang kumaksud disini adalah rokok. Kata temanku, manusia akan lebih tertarik membaca sesuatu yang memiliki unsur seks, apalagi jika tergambar secara inplisit. Ada kepuasan tersendiri jika membuat para pembaca menjadi terkecoh.
Kembali lagi ke Kardi. Dia adalah temanku. Seorang jurnalis di sebuah koran swasta. Dia sangat menyukai dunia jurnalisme, dunia dimana ia bisa menulis segala hal dengan seenak jidat. “Kau tau, sebuah tulisan bisa membuatmu terkenal sampai ke ujung dunia, namun juga bisa membuatmu dilupakan oleh sejarah,” ujarnya di setiap perjumpaan kami di kedai kopi.
Baca juga: Mak Cu Mis
Kardi sangat mengelu-elukan pekerjaannya sekarang. Semua tulisannya sangat ditunggu tunggu para pembacanya. Tidak susah untuk mencari tulisan Kardi karena hampir seluruh tulisannya selalu berada di halaman depan koran.
Selalu ada kata kata fantastis yang menggoyang iman pembaca saat membaca judul tulisannya. Mulai dari “Kepala Desa Digoyang Janda Desa Sebelah,” atau “Ketahuan Korupsi, Pak Camat Gantung Diri, Ninggalin Bini yang Masih Seksi,” maupun judul berita yang baru keluar pagi tadi, “Dikabarkan Menghilang, Istri Sekdes Ketahuan Kumpul Kebo Dengan Juragan Terong”. Sebenarnya masih banyak lagi judul judul berita buatan Kardi yang agak “nganu” tetapi nampaknya tulisan ini akan menjadi sangat panjang jika kutulis semuanya.
Sejujurnya aku menjadi suka menulis karena Kardi. Kardi adalah teman dekatku, yang sering mentraktirku kopi untuk mendengarkan semua keluhannya tentang istrinya, atau sekedar ingin pamer dengan pekerjaannya. “Hen, kau harus mulai rajin nulis. Semua perjalanan historikal dunia itu kita bisa tau karena tulisan. Agak aneh memang kalau orang jaman sekarang jarang yang suka nulis,” ujar Kardi berapi-api padaku.
Akupun mulai menulis dengan Kardi sebagai mentorku. Dia mengajarkanku tentang teknik menulis yang disukai banyak orang, atau sekadar ejaan dan tanda baca yang benar. Aku paling ingat satu hal dari proses mentoringku dengan Kardi, yaitu saat dia mengajarkanku nilai-nilai berita.
“Ada sebelas nilai nilai berita yang ada Hen. Tapi supaya tulisanmu cepat laku, kau cuma perlu memahami salah satunya saja,” Kardi menatapku serius, seakan akan ingin memberiku suatu resep super rahasia.
“Apa yang satunya itu?” tanyaku agak penasaran
“Seks. Hanya satu, yaitu seks.”
“Maksudmu aku harus menulis cerita kamasutra?”
“Bukan begitu goblok, eh kamasutra juga lumayan laku sih, tapi bukan itu maksudku” ucapnya sembari membuka buku catatan kecil dari tas selempangnya. “Seks itu adalah sebuah nilai berita dimana sebuah berita akan semakin disukai pembaca jika mempunyai unsur seksualitas didalamnya,” sambung Kardi sembari membaca catatannya itu.
“Tetapi aku bukan seorang jurnalis yang dapat menulis berita, Kar,” ujarku.
“Benar juga. Bagaimana jika kau menulis cerpen? Aku dengar-dengar menulis cerpen di koran tempatku bekerja itu bayarannya lumayan Hen.”
Benar kata Kardi. Beberapa koran memang memberikan upah yang lumayan untuk setiap cerpen yang diterbitkan. Salah satunya koran swasta tempat Kardi bekerja. Mungkin saja aku dapat menjadi jurnalis di koran tersebut lewat jalur cerpen.
“Hmm, baiklah. Tapi ajarkan aku lebih banyak lagi tentang menulis cerpen,” mintaku pada Kardi.
“Jujur aku agak kurang kalau menulis cerpen. Kata teman seperguruanku, menulis cerpen itu dapat dilakukan secara otodidak. Kau bisa melihat contoh cerpen orang terlebih dahulu,” ucap Kardi.
“Setidaknya beri aku rekomendasi”
Agaknya dia berpikir keras. Dahinya mengernyit dan tampak sedikit urat urat yang timbul. Jarang-jarang aku melihat dia berpikir sekeras ini. Seketika kemudian, kerutan di dahinya langsung menghilang dan kembali ke bentuk semula dengan senyuman lebar di wajahnya. Mirip seperti orang di film-film yang berpikir keras dan tiba tiba mengeluarkan bola lampu di atas kepalanya saat mendapatkan ide.
Baca juga: Bunga Tidur di Januari
“Ah aku tahu. Kau dapat membaca cersex di internet. Buat lah mirip mirip seperti itu. Tidak ada cerita pendek yang sebagus stensilan di internet,” ujarnya dengan raut yang bangga akan ide cemerlangnya itu.
Tak sempat aku membalas ucapannya, ia langsung mengemaskan catatan dan hp miliknya yang sedari tadi tergeletak diatas meja.
“Mau kemana kau?” tanyaku.
“Aku ada pekerjaan, mau wawancara Pak Bowok,” jawabnya sembari bergegas ingin bangkit dari kursinya.
“Pak Bowok juragan lele?” tanyaku.
“Iya”
“Ada apa emangnya?”
“Istrinya selingkuh”.
Ia pun berlalu begitu saja. Untung saja kopi milikku sudah dibayarkan olehnya. Namun ia meninggalkanku dengan rasa penasaran. Bagaimana tidak, aku tidak pernah membaca cerita cerita seperti itu di Internet. Bukan bermaksud sok polos, namun aku lebih suka versi videonya.
Aku pun mengikuti saran dari Kardi, yang agaknya sudah kuanggap sebagai mentorku menuju dunia kepenulisan. Aku mulai mencari dan membaca cerita cerita stensilan yang dapat dengan mudahnya kutemukan di Internet. Alurnya sama. Berlibur ke rumah tante, atau meminjam kamar untuk mengganti baju, dan berakhir di kegiatan persetubuhan.
Alurnya membosankan. Aku harus membuat cerita yang serupa namun dengan alur yang tidak mudah ditebak. Kardi juga sempat memberitahuku bahwa pembaca menyukai kejutan di dalam sebuah tulisan.
Setelah berpikir sangat lama, mungkin sekitar delapan menit, aku menemukan alur yang pas dan isi cerita yang menarik. Aku pun dengan cepat mulai menulis sebelum ide itu hilang dari kepalaku. Tampak paragraf pertama sudah terbentuk.
“Betapa aku merindukan aroma tubuhmu, ingin segera aku menghisap batang panjang itu,” ucap Kardi lirih dengan muka aneh. Matanya yang lebar itu berkedut kedut saat melihat batang milikku. Maklum, dia tidak diperbolehkan menghisap batang itu semenjak menikah dengan wanita pilihan orangtuanya.
Penulis: Napoleon