Oleh: Nikodemus Niko
Siang itu mentari amat sangat marah pada awan. Mengiringi pertemuan pertamaku dengannya setelah menjadi sepasang kekasih. Aku bahagia, aku berusaha untuk tampil istimewa di hadapannya. Karena bisa menjadi orang terpilih dari sekian banyak orang yang menyukainya. Aku bahagia, tidak ada ungkapan kata yang bisa aku katakan.
Rizky, begitu aku memanggilnya. Ia adalah seorang cowok yang biasa aja tetapi tetap tampan di mataku, ia dewasa, baik, bijaksana dan romantis. Hal itulah dari sekian banyak hal yang membuatku merasa menjadi orang paling beruntung di dunia ini. Ia selalu jujur dan bisa membuatku bahagia.
* * *
Senyum tak pernah henti menghiasi bibir mungilku. Namun, ia juga pernah sesekali membuatku menangis karena tak sanggup menanggung rindu padanya. Banyak hal yang aku rasakan saat dengan nya, ‘bahagia’ kata itu tak terukur olehku. Yang aku tahu saat itu dunia serasa berhenti berputar,, seolah hanya ada aku dan kamu yang menghuni bumi ini. Tak ada makhluk lain, hanya KITA.
aku selalu tak sabar menunggu jarum jam menuju malam, saat aku akan bertemu dengan nya. Memang saat itulah yang menjadi penantianku, mungkin karena rindu yang dia rasakan sama merajam bak rindu yang menggantung dalam sukmaku. Kehadirannya memang mampu buatku lupa akan cerita indah masa laluku bersama sang mantan yang sejak beberapa bulan ini telah menjadi bagian dari lembaran sirna di hatiku. Sedikit demi sedikit aku mulai berhasil meninggalkan bayangnya dalam masa laluku, dan semua itu karena ‘DIA’. Dulu aku memang merasa teramat sangat sulit untuk melupakan dan tak sedikitpun waktuku terlepas dari memikirkan mantanku itu. Tapi syukurlah hal itu kini tak terjadi lagi. Aku memang percaya bahwa “Galau Pasti Berlalu”. Aku berusaha relakan dia pupus bersama sang waktu, hingga pada akhirnya senar cinta yang mungkin telah putus di hatiku, kini kembali berdenting kembali dan itu semua karena dirinya yang kini berperan mewarnai hari-hariku kembali.
* * *
kali ini dia kembali menemani malam ku, tepat nya 26 januari. Ketika aku sedang terdiam bersama lamunan yang tak ingin ku tinggalkan, dia memintaku memejamkan mata, dimulai setelah ia selesai menghitung hingga angka tiga. Saat itu aku mulai merasa penasaran, sebenarnya ada hal indah apa yang akan ia lakukan untukku. Aku sudah mengira pasti secara diam-diam dia mencoba untuk membuatku semakin cinta dengan surprise darinya.
“Happy Birthday sayang”, ia seperti berbisik di telingaku.
Aku terkaget dan langsung membuka mata. Tepat di hadapanku, sepasang bola mata indah itu membuat ku tak berdaya. Dia mencium kedua pipiku.
“yank, ma kasih ya. Kamu udah ingat dengan hari special aku”, aku ingin menumpahkan semua rasa ini hanya dalam pelukan nya.
“iya sayang, aku ingin jadi orang terakhir yang ngucapin ultah ke kamu sayang”, ia masih saja membuat aku tak dapat berkata apa-apa lagi.
“maafin aku sayang, aku gak bisa kasi apa-apa ke kamu”, ia sembari mencium kening ku.
Aku kembali terjatuh dalam pelukan hangat nya. Aku tak ingin lepaskan pelukan itu, aku ingin terus berada dalam dekapan nya.
“ini sudah lebih dari indah sayang, kamu adalah kado terindah buat aku”, aku mencoba berkata meski agak terbata.
Aku tak ingin moment ini berlalu dengan cepat. Namun, waktu sungguh kejam. Ia yang merenggut segala nya. Malam ini adalah catatan indahku saat bersama nya di hari special ku, dan itu tak kan pernah terlupakan.
* * *
“yank, aku udah nyampe rumah nii,, aku sayank kamu”.
Itu lah sms dari nya saat malam telah larut. Dengan cepat aku langsung membalas pesan singkat itu.
“makasih ya sayank, atas kado terindah darimu. Aku gak akan bisa lupakan, yank”.
Sejak saat itu,, haripun seolah berlalu dengan sangat lambat, tak kudapati sedikitpun kabar darinya. tapi aku masih bisa untuk berpikir positif bahwa ia memang sedang disibukan dengan p0ekerjaan nya. Aku selalu bersabar untuk menanti kabar darinya.
“mungkin dia sedang sibuk”, aku mencoba untuk tak melemaparinya dengan pikiran-pikiran negatif. Entahlah, beberapa hari belakangan ini aku merasa ia menjadi amat berbeda, komunikasi itu nyatanya telah benar-benar putus, nomor ponselnya tak pernah aktif. Bahkan kontak BBM aku telah di delcont olehnya, aku sedih, namun aku berusaha sembunyikan kesedihan itu dengan senyum. Aku teramat kesulitan untuk mengetahui kabarnya, bahkan sejak saat itu, akun facebooknya sama sekali tak terlihat ada aktifitas.
Aku mulai merasa bahwa ia memang sengaja menghindariku. Jika memang ia, sebenarnya apa yang menjadi alasannya untuk melakukan itu, padahal sebelumnya ia masih bersikap sangat manis kepadaku, bahkan ia membuat kejutan yang tak terduga olehku sebelumnya.
Jutaan detik, ribuan menit, ratusan jam dan puluhan hari telah berlalu. Hati ini terasa lelah. Ia kini telah menghilang dariku tanpa kabar. Tapi aku tak pernah henti untuk mencoba menghubunginya via sms dan telfon. Namun sepertinya itu teramat sia-sia, lagi-lagi yang kudapati hanya suara operator yang menyatakan bahwa nomornya sedang tidak aktif dan berada diluar jangkauan. Aku mulai tak mengerti dengan semua yang terjadi saat ini, apakah memang dia sengaja mengganti nomor ponselnya dengan nomor yang baru? lantas apa artinya kejutan yang ia buat beberapa hari yang lalu, jika pada akhirnya ia melukaiku dengan cara seperti ini.
Saat itu aku mulai tak kuasa untuk menahan air mata. Hari-hari ku hanya di temani kesedihan. Perlahan mataku menjadi sayu dan tak lagi berbinar. Aku harus menelan semua ini sendiri dan menerima kenyataan pahit kembali.
Kenapa harus kau ciptakan senyum termanis, jika pada akhirnya kau buatku menangis.. Kenapa kau buat mataku berbinar bahagia, jika pada akhirnya kau buat mataku nanar karna air mata. Aku tak pernah menginginkan hal ini terjadi, kenapa kamu pergi saat aku benar-benar mencintai kamu. Saat aku benar-benar butuh sandaran kamu. Kenapa???
Tak seorangpun tahu kalau saat ini aku sedang terluka, aku memang memilih untuk tidak menceritakannya pada siapapun. Aku memilih untuk tetap terlihat tegar di depan sahabat-sahabatku, tawa dan senyum indahku adalah hal yang biasa aku tunjukan untuk menutupi lukaku. Aku tak ingin ketika air mata ini jatuh mereka menjadi teramat mengkhawatirkanku. Biarlah kusimpan semuanya di dada ini sendiri, biarlah aku mencoba mengibur diriku sendiri, biarlah aku menguatkan diriku sendiri dan biarlah aku memulihkan hatiku kembali dengan caraku sendiri. Aku tak ingin melibatkan siapapun untuk dukaku ini.
Luka,, !!!! yaaa aku memang merasa terluka dengan semua ini.
Kenapa harus ada ucapan sayang bila akhirnya kamu menyia-nyiakan aku. Bahkan hingga detik ini aku masih bertanya-tanya, apa salahku??? Kenapa dengan tiba-tiba kamu menghilang dan pergi tanpa kabar, sungguh aku tak mengerti dengan ini. Jika setiap yang terjadi harus ku artikan, maka untuk yang ini, aku belum bisa mengartikannya. Aku benar-benar tidak mengerti. Ini konyol bagi ku, aku sudah cukup menguras air mata disini.
Mungkin jika masa itu tak pernah ada, barangkali aku tak perlu repot untuk mencari jawaban dari pertanyaanku.
sangat menyedihkan, ternyata waktu itu adalah pesan singkat terakhirmu untukku. kau MENGHILANG dan tak izinkan aku untuk tahu alasannya. Tahukah kamu, tak pernah terlewat seharipun untuk aku mencoba menghubungi nomor ponselmu, tapi ternyata semuanya sia-sia, tak kudapati sedikit kabar darimu.
APA SALAHKU??????
Jika kamu memang tak sayang lagi, aku malah lebih ingin kamu langsung katakan itu ke aku, bukan dengan cara konyol seperti ini. kamu cukup dewasa,, bijaksana dan lembut, itu yang aku suka darimu. Tapi kenapa untuk yang ini kamu tidak bisa melakukannya dengan caramu yang ku agung kabn itu.
Jujur, sampai detik ini aku masih sayang,, aku masih berharap bahwa ada masanya nanti kamu akan menghubungiku kembali dan memberi kabar, aku bahkan berharap bahwa kamu menghilang ini bukan untuk sengaja melukaiku, tapi karena kamu sedang berusaha untuk membuatku tersenyum dengan kejutan yang kamu buat seperti saat hari ultah ku.
Jika bagimu merindukanku adalah hal yang berat, harusnya kamu belajar dari caraku merindukanmu. Kau adalah mentari yang hangatkan pagiku, dan bulan yang terangi malamku.
Tak bosan aku menyebutmu dalam do’aku, mencoba mengetuk hati sang pencipta rindu ini agar berbaik hati mengirimkan kabar darimu untukku.
Tak perlu kamu tahu berapa banyak air mata yang membasahi bantal saat khayalku terbawa dalam kenangan tentangmu, dan aku pun tak ingin kamu ikut sedih ketika tahu betapa dinginnya hari-hariku tanpa senyummu.
Entahlah, sepertinya memang hati dan pikiranku harus bekerja keras untuk melupakanmu dan membuang jauh bayangmu.
Aku memang menyadari bahwa kehidupan ini terkadang mengharuskan kita menerima apa yang tidak kita harapkan dan tidak mendapatkan apa yang kita harapkan. Maka aku akan tetap berusaha untuk meyakinkan diriku sendiri bahwa aku harus tetap ikhlas untuk menerima apapun dalam hidup ini.
Terimakasih, karena kamu sempat berperan mewarnai hari-hariku meskipun dengan waktu yang teramat singkat, dan terima kasih juga, karena kamu sudah berhasil menggoreskan luka terindah di hati ini. Luka yang tak pernah aku lupakan dalam hidup. Luka yang akan abadi dalam memori indah bagian hidupku.
The End