Penyesalan hanyalah siasat bodoh yang mengembalikan manusia pada titik-titik dalam kehidupan di masa lampau, entah itu hal manis atau kenangan paling pahit melebihi empedu, dan aku tengah berotasi di titik tersebut, ketika kedua perasaan berbaur total.
Semilir angin malam berhembus dingin menusuk tulang. Mungkin malam ini aku salah memilih mengadakan pesta ulang tahun secara Outdoor. Namun tidak masalah dengan teman-temanku yang terlena alunan musik jazz, lembut dan menenangkan. Sementara aku masih menatap kumpulan kado yang mereka berikan untuku. Aku malah berpikir ini seperti natal, bukan acara ulang tahun.
“Kenapa kau tidak merayakan ditanggal yang tepat dengan ulang tahunmu?” Ujar David penasaran, sementara Aku hanya menggeleng sambil terkekeh kecil.
Aku benar-benar penasaran kali ini, aku selalu mendapat bingkisan kado natal dan ucapanan selamat ulang tahun menjelang dua hari dari hari seharusnya, oleh seorang yang misterus. Aku terus memerhatikan tamu-tamu yang berdatangan. Siapa sekiranya makhluk yang mencurigakan itu?
“Rey, kau sudah berumur dua puluh tahun, dan kami sudah memiliki kekasih semua. Masa iya kau dengan wajah rupawan seperti ini belum pernah berkencan, bagaimana jika aku saja yang mencarikan seorang gadis untukmu, ikut kencan buta?” Tawar Alex, aku hanya tergelak. Entah kenapa aku belum menemukan seorangpun yang dapat memberikan hasra untuk hatiku.
“Kalau begitu bagaimana jika aku menantangmu,“ Alex tersenyum miring, firasatku sudah tidak nyaman.
“Siapapun gadis yang pertama kali memasuki gapura, ia akan kau kencani,” imbuh Alex.
“Aku setuju denganmu,” Sambung David, keduanya tertawa renyah.
Kami kembali melirik para tamu kemudian mengunci tatap ke arah gapura sungguh skenario yang menyebalkan yang benar saja seorang gadis melenggang masuk, Ia membawa bingkisan di tangannya. Pipinya merona ketika manik kami bertemu, tentu saja kami sudah cukup kenal baik meskipun tidak akrab. Kami satu sekolah sejak taman kanak-kanak hingga sekarang sudah mendekati masa ujian akhir sekolah menengah atas.
“Rey, kau harus berkencan dengan Keyra. Sesuai janji bukan?”Aku bergeming, tak tau harus menjawab setuju atau tidak. Aku mengamati bingkisan yang Ia genggam, tidak asing.
Semua mengunci tatapannya pada sosok gadis bermata empat itu, sementara ia melirik jengah ke arahku, tubuh mungilnya berbalut gaun senderhana berenda kecil, namun tampak cukup elegan, sangat senada dengan rambutnya yang dikuncir asal. Tanpa kami sadari David sudah bertindak lebih jauh dari prediksi kami, Ia sudah berdiri di atas panggung mengambil alih acara.
“Aku David sekaligus perwakilan sahabat yang akan mengucapkan selamat berulang tahun kepada Reyhan teman kita tercinta, ini detik yang berharga untuk membuat suatu momen yang tak terlupakan seumur hidup. Tidak perlu membuang waktu mari kita panggil yang berulang tahun hari ini dan kau gadis cupu yang ada di sana!” Serunya.
“Aku tau semua gadis menginginkan posisimu. Tapi silahkan naik ke atas panggung, aku yakin ada yang ingin kau sampaikan pada Reyhan,” sambung pemuda itu seraya berjalan menghampiri Keyra.
Suasana yang semula terkendali kini riuh dengan bisikan gadis-gadis, aku masih membeku di tempat aku berdiri. Mendengar umpatan pedas yang mereka berikan pada Keyra. Gadis itu malah tak mengacuhkan, ia berjalan ke arahku. Paru tamu bersorak seraya bertepuk tangan salut akan keberaniannya. Kini Ia tepat di hadapanku. Manik yang semula melirik jengah kini tajam berkaca-kaca.
Plak!
Ia melayangkan tangannya tepat di pipi kiriku, tidak ada rasa sakit sama sekali pada ragaku. Namun lain dengan hatiku, entah sedikit iba mungkin? Ia berlari membawa bingkisan yang sedari tadi ada dalam genggamannya. Aku masih tak bersesar sesentipun, sementara Alex sudah mengejarnya yang berlari menjauh.
“Sepertinya calon Juliet malah meninggalkan Romeo. Benar-benar gadis yang tidak tau berterimakasih, sudah mari lanjutkan berpesta,” David turun dari atas panggung menemuiku.
“Hai Rey, sepertinya gadis cupu itu terlalu lancang padamu,” Rissa menyapaku dengan kalimat yang tidak menyenangkan.
Dia gadis populer di sekolah, semua bersaing untuk mencuri hatinya kecuali aku. Ia malah melakukan yang mereka lakukan padaku, sementara aku tetap biasa saja. Mungkin sedikit terganggu, aku tidak tertarik pada seorang gadis yang dikuasai oleh obsesi untuk memiliki orang yang dicintainya. Aku rasa itu juga sedikit alasan tidak pernah ada seorangpun gadis yang sukses mengetuk pintu hatiku.
“Kau terlalu berlebihan David, cobalah sesekali menyaring ucapamu agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Selamat ulang tahun Rey, sepertinya aku harus kembali sekarang. Tiba-tiba saja aku memiliki urusan mendadak,” Alex pamit, aku menggangguk sambil tersenyum.
“Apa maksudnya, ia terlalu berlebihan menyikapi candaan ini,” Rissa menatap ke arah mobil yang melaju perlahan menjauh dari pandangan kami.
“Ah iya, Rey?” Tawar Rissa kepadaku, sungguh tidak tertarik.
“Ayo berdansa denganku?” Pintanya lagi.
“Tidak terima kasih untuk tawaranmu, aku ke dalam sebentar. Jika ingin berdansa dengan David saja, ” sahutku, aku berjalan pergi meninggalkan pesta yang tengah berlangsung meriah.
Semua berjalan seperti biasanya. Tapi tidak dengan pikiranku yang tengah kalut, kejadian semalam membuat suasana terasa carut-marut, meskipun semua yang terpampang dari luar baik adanya.
Aku berlari cepat di koridor sekolah, kali ini aku tidak ingin berlagak cool di depan gadis-gadis yang selalu meneriaki dan salah tingkah ketika bertemu denganku. Aku tidak ingin menghiraukan mereka, langkahku tegas. Napas ku tersengal-sengal begitu tiba di depan kelas Keyra.
“Di mana Keyra?” Ujarku cepat.
Bukannya menjawab gadis-gadis malah terpesona menatapku. Mungkin di kehidupan selanjutnya aku meminta dilahirkan sebagai seekor serangga saja.
“Dia absen hari ini,” sahut Sekretarisnya, aku sedikit ingat pemuda ini, Ia ada di pestaku semalam.
Ia menatap nyalang manikku,“aku tau kalian idola di sekolah ini, tapi bisakah kalian menjaga sikap, meskipun Keyra hanya anak cupu seperti yang kalian tau. Dia jauh lebih baik dan tulus dibanding yang kalian pikirkan.” Tuturnya memojokkanku sembari menatap nyalang manik miliku.
Sejak hari itu hingga dua bulan kemudian aku terus mencari tau tentangnya. Nihil, tiada siapapun yang mengetahui keberadaan gadis itu. Sementara aku dihantui oleh rasa bersalah setiap harinya.
Aku menghela napas berat, rasa kantuk mengkungkungku, aku berpangku dengan kedua tangan. Tidak tau kemana lagi aku mencarinya, tak satupun temannya ingin membocorkan informasi padaku. Gadis itu raib dari jarak pandangku, entah kemana? Di mana? Apa dia baik-baik saja? Ku rasa tidak, itulah jawabannya.
Kau lesap membawa penyesalan terbesarku, logika yang terlalu dangkal, intuisiku tak berguna. Kini aku larung dalam gelebah retisalya, ragamu gata. Hatiku merana, napasku jejal saat nestapa kembali membelenggu benakku. Lekas selamatkan aku yang tercerai-berai ini, ku harap kau kembali menjadi tabib untuk cintaku.
Tujuh tahun kemudian. Kehidupanku berubah seratus delapan puluh derajat semenjak Ayah membekam dalam jeruji karena kasus korupsi. Keluarga berhutang puluhan juta, Ibu jatuh sakit, aku tak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah dan harus menjadi tulang punggung keluarga sekaligus mencari biaya untuk sekolah adik perempuanku.
Prang!
Seorang pelanggan meleparkan semangkuk cokelat yang baru saja ku berikan padanya,
“Apa begini rasanya cokelat di toko terkenal ini, menyajikan sampah gosong pada pelanggan?” Ia melirikku nahas,
“Maafkan saya, Tuan,” aku hanya meminta maaf sambil menundukkan kepala dengan rasa bersalah.
Ia hendak melayangkan tangannya ke arahku namun seseorang menghentikannya,
“Kami meminta maaf jika pelayanan kami tidak cukup memuaskan. Tapi, Tuan ini bisa di selesaikan dengan cara baik-baik, jika anda berani melukai karyawan kami, kami tidak sungkan melaporkan anda atas kasus penyerangan,” ujar seorang dengan tegas dan bijaksana, suara itu terdengar intim di telingaku, aku mendongakkan kepala menatapnya.
Pelanggan itu keluar dari toko meninggalkan kami yang berada dalam suasana kaku. Ia dialah penolongku, Keyra. Gadis yang selama ini ku cari keberadaannya.
“Keyra?” Sapaku kaku.
Ia tersenyum manis. Penampilannya berubah banyak sama dengan kehidupanku, namun dirinya ke arah yang lebih baik berbeda denganku justru sebaliknya. Ia tak menggunakan kaca mata lagi, rambutnya yang panjang dan bergelomabang amata anggun tergerai
“Keyra, sudah tiba? Padahal kakak baru saja ingin menjemputmu, ” ucap Alex menghampiri kami. Benar aku bekerja di toko cokelat miliknya. Lalu apa ini ‘kakak?’
“Aku lupa menjelaskan padamu, Keyra adalah adikku selama ini aku merahasiakannya atas permintaannya. Katanya Ia tak ingin membebani kakaknya, padahal aku tidak pernah mempermasalahkan penampilannya, karena aku begitu menyayangi adikku, ” jelas Alex, aku manggut-manggut paham sekaligus tercengang.
“Kakak, boleh tinggalkan kami sebentar?” Pinta Keyra.
Alex membiarkan kami di sini, pelanggan? Mereka sudah pergi dan pelanggan tadi adalah yang terakhir. Beberapa menit lagi toko tutup.
“Bagaimana kabarmu?” Aku membuka suara di tengah suasana kaku kami.
“Baik, bagaimana denganmu?” Ia bertanya kepadaku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
“Aku sudah mendengarnya dari kakak, aku turut iba. Ah iya selamat ulang tahun dan selamat natal, ” ia terkekeh kecil, menyodorkan kotak cokelat yang tampak lucu ditambah hiasan gula-gula kecil di atasnya.
“Terima kasih dan maaf,” senduku,
“Seharusnya aku sadar lebih awal,” tambahku penuh penyesalan.
“Tidak masalah, seharusnya aku tidak perlu membingungkanmu dengan perasaanku yang masih sangat labil kala itu, aku cukup merepotkan. Mengirimimu cokelat secara diam-diam setiap tahunnya,” Ia kembali tertawa geli.
“Maaf menamparmu di hadapan banyak orang, saat itu aku terbawa suasana. Mungkin karena aku begadang demi cokelat itu, aku juga ingin mengungkapkan perasaanku padamu. Tapi gagal hehe…” lirihnya.
“Aku tau sekarang terlambat tap—“ aku menghentikan ucapan yang hendak terlontar segera.
“Key?” Suara serak basah, menyentak indera pendengaranku, beserta seorang pria jangkung kebule-bulean berdiri tidak jauh dari kami.
“Ini suamiku Rey, perkenalkan namanya Daniel.” Ia tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan berkenalan denganku, aku menyambut dan menjabatkan tangan kami. Ada sengatan menyakitkan menembus jantungku, senyum di wajahku rasanya hanyalah ukiran semu.
“Baiklah kami pergi dulu, sampaikan pada kakakku juga. Ah iya datanglah di pesta kami minggu depan, “ Keyra mengusap perutnya yang sedikit membuncit.
“Kau juga akan menjadi paman, ” Ia tertawa renyah, sarat akan kebahagiaan.
Ku pikir, aku memang bodoh tidak menyadarinya, gadis yang berhasil meluluhkan hatiku kini ada dalam rangkulan hangat orang lain. Kaos oversizenya juga menutupi bentuk badan seorang ibu muda itu.
“Kau baik-baik saja?” Ujar Alex menghampiriku, aku menggeleng pelan sambil tertawa miris bohong jika aku mengatakan aku baik-baik saja.
“Ulang tahunku kali ini memberikan pelajaran berharga,” gumamku, pemuda itu mengangguk seraya mengusap punggungku, Ia paham yang tengah aku rasakan sekarang.
Kau lesap membawa penyesalan terbesarku, logika yang terlalu dangkal, intuisiku tak berguna. Kini aku larung dalam gelebah retisalya, ragamu gata. Hatiku merana, napasku jejal saat nestapa kembali membelenggu benakku. Lekas selamatkan aku yang tercerai-berai ini, ku harap kau kembali menjadi tabib untuk cintaku. Kini cerita menyelam dalam palung aksara laki-laki Gila.
Penulis: Mira