Tahun telah berganti, segala macam resolusi juga turut andil mengalami perubahan seiring pergantian tahun. Namun perubahan tersebut ternyata hanya dapat dirasakan oleh sebagian kecil muda-mudi di kota Pontianak.
Berdasarkan jawaban kuisioner yang diperoleh penulis, sebagian resolusi yang dibuat pada tahun sebelumnya oleh muda-mudi Pontianak tidak mengalami perubahan berarti atau justru persis sama di tahun berikutnya. Hal itu disebabkan banyaknya hambatan dan godaan yang menyimpang pencapaian resolusi tersebut. Salah satu satu hambatan yang paling berpengaruh adalah wasting time atau kegiatan yang bersifat buang-buang waktu.
Mayoritas individu yang melakukan kegiatan yang bersifat buang-buang waktu adalah mereka yang memusatkan kegiatan dengan teknologi yang semakin berkembang. Sebab sebagaimana yang kita ketahui di era yang serba ‘termudahkan’ ini, teknologi berhasil menciptakan pola hidup individu yang cenderung malas bergerak. Terlebih, mengingat teknologi telah mengenalkan media sosial sebagai senjata ampuh menghambat aktivitas gerak individu.
Winy Anggraini, mahasiswi Kimia FMIPA Universitas Tanjungpura berpendapat bahwa social media merupakan salah satu candu bagi muda-mudi masa kini. “Ibaratkan obat-obat terlarang, menurut saya media sosial juga merupakan candu. Itu makanya, setiap main medsos kita jadi kecanduan juga. Mungkin salah satu sebab candu karena medsos bisa jadi ajang buat kita iri-irian.”
Sedangkan, sebagian individu lainnya memusatkan berjam-jam waktunya untuk sekedar tidur atau nongkrong di warung kopi. Mungkin untuk sebagian individu beranggapan bahwa nongkrong merupakan lahan inspirasi yang tepat. Namun sadarkah bahwa waktu yang dimiliki tiap individu sama 24 jam dan mereka yang efisien dalam soal waktu lebih maju dalam menjalani kehidupan?
Baca Juga: Minimalisir Kegagalan Resolusi
Seorang pemuda berusia 19 tahun, Wandi Topari menyebutkan beberapa kegiatan yang Ia sadari telah banyak membuang waktunya, yakni bermain game dan nongkrong di warung kopi. Wandi menambahkan bahwa Ia telah mencoba untuk menghentikan kebiasaan buruknya dan usaha tersebut berhasil sekitar 70% perihal bemain game. “Aku sudah mulai berhenti main game sekitar 70%. Cara menghentikan kebiasaan buruk itu menurutku dengan menghapus game-game tersebut,” pungkas Wandi.
Lain hal yang dilakukan oleh Himmatuluyuni, mahasiswi FEB Universitas Tanjungpura. Yuni, panggilan akrab Himmatuluyuni mengatakan cara jitunya agar waktu yang dimiliki tidak terbuang percuma, ialah dengan menyiapkan reminder dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. “Kalau saya pribadi buat reminder dan karena aktif juga di media sosial, saya follow akun-akun dakwah, jadi yang muncul di beranda itu postingan yang bermanfaat. Dari situ kita bisa sadar bahwa kita hidup itu punya tujuan yaitu beribadah kepada Allah swt,” ungkapnya.
Mahasiswi berkacamata ini juga menambahkan untuk menjauhi segala kegiatan yang tidak bermanfaat, “Perbanyak amal jadi hidup kita tertata. Tidak mendekat ke hal-hal yang bakal menarik kita ke arah yang negatif dan tidak bermanfaat. Juga jauhi teman-teman yang sekiranya membawa pengaruh buruk. Jangan jadi seperti orang kebanyakan yang gemar ikut-ikutan hanya demi popularitas semata, serendah itukah harga diri kita? Intinya, jangan hidup demi pengikut,” tutup Yuni yang dengan penuh semangat.
Penulis: Rahma Ning Tyas
Editor : Aris Munandar