Sudah baca berita belakangan ini terkait penggusuran pemukiman warga secara paksa? Ya, di Tamansari, Bandung. Bandung dikenal sebagai kota peduli HAM tapi kenapa menjadi seperti ini?
Kronologi penggusuran ini dimulai dari jam 8 pagi, satpol PP berdatangan dan langsung menggusur paksa pemukiman warga, membawa pergi barang-barang milik warga, warga melakukan perlawanan karena ingin mempertahankan pemukiman dan akhirnya terjadi bentrok antar warga dan aparat.
Pemberitaan penggusuran secara paksa ini tidak terdengar aneh kan di mata kita?
Surat pengosongan rumah dikirimkan ke warga yang isinya warga mengosongkan rumah dengan sukarela. Besoknya, penggusuran dilakukan secara brutal dan paksa.
Masih bisa kah kota ini dijuluki kota peduli HAM?
Ini yang saya heran, sejak dahulu penggusuran-penggusuran ini selalu berakhir dengan warga dan aparat bersitegang. Jarang sekali terdengar penggusuran damai-damai saja. Baku hantam sana-sini, kejelasan yang tidak ada dan pasti, dampak penggusuran yang tidak dipikirkan.
Saya tahu yang dibutuhkan dari pihak warga ialah apabila mereka digusur mereka mendapatkan ganti rugi, lokasi untuk bernaung kembali, ataupun disediakan tempat mereka untuk mencari nafkah. Datang baik-baik, berunding dengan para warga, dijelaskan akan seperti apa dan bagaimana kondisi mereka, dijelaskan untuk apa dilakukannya penggusuran, maka menurut saya hal-hal seperti ini tidak akan terjadi.
Ego manusia vs ego manusia, emosi manusia vs manusia, akhirnya akal sehat yang tadinya ada tidak terpakai di lapangan. Awalnya yang sebenarnya bisa dirundingkan dengan ditemani segelas kopi malah berakhir dengan bebatuan yang melayang. Padahal semuanya bisa dibicarakan baik-baik saja,bukan? Tanpa melibatkan keegoisan dan emosi dimana-dimana.
Ketika sudah kadung begini, masyarakat mengecam dimana-mana, teriakan amarah dimana-mana, masyarakat semakin tidak percaya kepada pemilik kuasa. Mau bagaimana? Padahal apabila dilakukan dengan partisipasi warga, prosedur yang layak, hal-hal seperti ini tidak akan terjadi dan tidak akan mendatangkan masalah kedepannya. Janji-janji politik terlupakan, masyarakat tahu mereka di posisi lemah dan tidak berdaya dan ketika diperlakukan bak bukan manusia sulutan emosi mereka terpantik dengan mudahnya.
Solusinya? Tidak ada solusi lain selain dibicarakan dengan baik-baik karena ini berurusan dengan manusia. Penggusuran pemukiman ini bukan seperti merubah-ubah bangunan di video game Sims City, ini berurusan dengan badan dan otak manusia. Jika memang keputusan pada akhirnya masyarakat setempat memang harus meninggalkan pemukiman agar keberlangsungan tata kota menjadi lebih baik perlakukan mereka dengan sebagaimana mestinya tanpa melibatkan kekerasan. Agar pada akhirnya, kedua belah pihak tidak ada yang dirugikan dan tidak bersitegang sana-sini.
Penulis : Yasarah (Kontributor)