Kumulai dengan sarkasme untuk diriku sendiri. Aku terlalu goblok untuk mengerti. Terlampau tidak peka untuk memahami. Dan aku sampai pada titik nadir logika bahwa aku tak menemukan korelasi antara seminar motivasi dan skripsi, selain sertifikatnya dapat menjadi pendamping syarat skripsi (katanya).
Aku sedang membuka-buka grup whatsapp yang selama ini menyelamatkanku dari hp yang pendiam. Kubuka satu persatu dan mencari apakah ada hal penting yang dibicarakan. Kebanyakan bicara tentang hal-hal yang tak jelas juntrungannya. Mulai dari ngajak mabar, ngopi, sampai bicara kapan bisa pergi haji.
Aku melihat sebuah foto surat di salah satu grup. Sepertinya resmi dan bukan hoax. Sepertinya aku tidak perlu membawanya ke laboratorium ITB dan IPB untuk menguji keasliannya. Tapi jujur, sebagai mahasiswa menjelang semester akhir dan sedang magang, jelas aku merindukan liburan. Dan surat itu sempat kubayangkan sebagai pemberitahuan libur.
Dengan caps lock jebol, huruf kapital semua, dan digarisbawahi menandakan penekanan, tertulis di situ, “INSTRUKSI PRESIDEN MAHASISWA BLA BLA BLA.” Intinya tentang instruksi kepada mahasiswa baru untuk mengikuti seminar motivasi.
Siapa yang tidak tergiur dengan seminar sekaliber nasional yang menjanjikan kemandirian mental, wawasan dan keuangan dari trainer dan motivator termuda No. 1 di Indonesia? jawabannya aku. Ngomong-ngomong cari dong motivator yang bilang mereka nomor dua, soalnya kok aku cuma nemu motivator-motivator yang kadang mendapuk dirinya sendiri selalu nomor satu.
Kemandirian mental dan wawasan itu seperti apa? Apakah seperti membuat karya ilmiah tanpa sumber, atau berpikir tanpa dasar dan syak wasangka subjektif. Tolong dong nanti yang ikut seminar dan nemukan jawaban, chat me.
Tiketnya cukup menguras kantong mahasiswa, Harganya 100.000 sampai 250.000. Perbedaan harga ini bukan masalah tribun penonton. Ini hanya masalah waktu. Jika pembelian melewati tanggal 17 Agustus 2018, harga naik 250 persen. Aku jadi ingat iklan properti yang menjadi strategi untuk menarik konsumen. Tanggal 18 Agustus harga naik.
Karena masih masa-masa PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru atau aku lebih senang menyebutnya neoploncoisme dan neoospekisme) yang punya hajat memanfaatkan peluang dengan memberi iming-iming. Danpok (Komandan Kelompok), yaitu para kakak tingkat yang membimbing setiap kelompok mahasiswa baru diberi tugas mengajak anggotanya untuk ikut seminar itu. Iming-imingnya jika berhasil mengajak 10 orang, akan diberi tiket gratis.
Ada kalimat di bagian akhir surat pemberitahuan, yang oleh oknum bertanggungajawab dilingkari sebagai penambahan penekanan. “Dan juga mendapakan sertifikat yang ditandatangani langsung oleh Dekan Bla Bla Bla. Yang mana sertifikat tersebut dapat digunakan pendamping syarat skripsi dan ijazah nantinya.”
Aku ingin bertanya, semoga dapat jawab. Apa urgensi mengeluarkan surat edaran berisi instruksi mengikuti seminar motivasi dari presiden mahasiswa? Apakah lebih penting dari isu Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan Sumbangan Pembangunan Institusi (SPI) yang mencekik. Instruksi turun ke jalan menuntut keadilan dan hak memperoleh pendidikan.
Kelompok elit mahasiswa yang menyelenggarakan boleh mengatakan ini bukan sebuah keharusan. Namun kata “Instruksi” dalam KBBI V 0.2.1 Beta bermakna perintah atau arahan (untuk melakukan pekerjaan atau melaksanakan tugas). Katanya berbunyi “…menginstruksikan mahasiswa baru untuk mengikuti seminar nasional tersebut…,” seakan sebuah fatwa wajib. Apalagi instruksi ini ditujukan kepada mahasiswa baru, yang waktu zaman aing, masih mangut-mangut wae.
Lalu setelah viral mengenai surat edaran itu, muncul video klarifikasi dari orang yang berdurasi 4 menit 28 detik dari orang yang menandtangani surat edaran tersebut. Isinya perkenalan, klarifikasi, dan pernyataan ketidakwajiban atau untuk yang mau saja untuk mengikuti seminar itu. “Cerna dengan baik kawan-kawan,” katanya.
Baca juga : Presma BEM FKIP Untan: Seminar Nasional Tidak Wajib Bagi Mahasiswa Baru
Sungguh ironi. Saya hakulyakin bahwa surat edaran berisi instruksi tersebut dikeluarkan sebagai strategi pemasaran untuk meningkatkan jumlah peserta seminar. Meskipun ada iming-iming, “siapa yang tidak ingin menjadi pengusaha muda, siapa yang tidak ingin mapan, siapa yang tidak ingin menjadi kaya semasa kuliah.”. Sungguh iming-iming yang berbau kapitalistik. Namun pernyataan dalam video tersebut jelas akan mengurangi keinginan dan keterpaksaan yang mau ikut. Jadi surat edaran itu seakan tak berguna dengan adanya video klarifikasi tersebut.
Menggunakan nama besar dan metafora berlebihan akan terdengar bernada ancaman. Ayolah Bung, mereka masih terlalu muda untuk menderita. Baru juga masuk, sudah diingatkan dengan simbol penderitaan mahasiswa. Biarkan mereka merasakan nikmatnya kuliah seperti bayangan yang mereka tonton di FTV. Dan biarkan pada masanya sendiri mereka baru memikirkan skripsi.
Tapi aku masih menggantung harap bahwa sertifikat ini akan berguna seperti jalan tol yang mulus. Menghantar mereka menuju gelar sarjana, tanpa diganggu oleh Dosen Pembimbing yang bawel dan susah ditemui.
Penulis : Norman Hakulyakin
Mahasiswa akhir Fakultas Ilmu Seni budaya Prodi Falsafah