“Air tanah tidak terlihat, tetapi dampaknya terlihat dimana-mana. Diluar pandangan, dibawah kaki kita, air tanah adalah harta terpendam yang memperkaya hidup kita. Hampir semua air tawar di dunia adalah air tanah. Air tanah mungkin tidak terlihat, tetapi tidak boleh hilang dari pikiran”
-World Water day 2022-
mimbaruntan.com, Untan – Air tanah merupakan salah satu sumber air tawar yang paling melimpah di dunia yang memiliki peran penting dalam mengatur bencana ekstrem air seperti banjir dan kekeringan. Eksploitasi tanah oleh rumah tangga dan buangan limbah industri serta berkurangnya RTH (Ruang Terbuka Hijau) menjadi salah satu dari sekian banyak penyebab menurunnya kualitas air tanah.
Bumi memiliki cukup air bawah tanah untuk bisa membanjiri permukaan benua hingga kedalaman 180 meter. Akan tetapi dari tahun ke tahun persediaan air tanah yang ada di Bumi ini makin lama semakin menipis bahkan dikatakan untuk masa mendatang persediaan air tanah di Bumi ini akan habis jika manusia terus menerus mengeksploitasi air tanah dengan maksimal tanpa memikirkan pengelolaannya.
Baca juga: Pertobatan Ekologis: Ketika Agama Berbicara Mengenai Lingkungan
Pentingnya Cadangan Air Tanah
Air tanah bisa menyediakan setengah dari kebutuhan air minum dunia dan lebih dari 40 persen air irigasi dan sepertiganya untuk memenuhi kebutuhan sektor industri. Bahkan sekitar 2,2 miliar manusia yang hidup di Bumi, butuh akses terhadap air bersih yang cukup. Seperti halnya air pada umumnya, permintaan air tanah meningkat karena pertumbuhan populasi dan pola konsumsi global baru.
Putranto dan Kusuma dalam jurnalnya berjudul “Permasalahan Air Tanah Pada Daerah Urban”, yang terbit pada tahun 2009 menyebut bahwa air tanah menjadi bagian komponen dalam peredaran air di Bumi, yang mana air tanah adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi hal ini tidak berarti sumber daya ini dapat dieksploitasi tanpa batas. Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan alam itu sendiri.
Dikutip dari jurnal penelitian Heru Hendrayana & Doni Prakasa EP tentang “Konservasi Air Tanah-Sebuah Pemikiran”, dijelaskan bahwa di Indonesia, kontribusi air tanah sebagai sumber air baku adalah sangat penting. Kemungkinan hingga saat ini lebih dari 150 juta penduduk Indonesia terpenuhi kebutuhan air bersihnya dari sumber daya air tanah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru Hendrayana mengenai “Zona Perlindungan Sumber Air Baku”, dijelaskan bahwa air tanah merupakan sumber daya alam terbarukan dan saat ini telah memainkan peran penting di dalam penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan.
Kondisi tersebut di atas tentu saja perlu dicermati secara sadar, mengingat peran air tanah semakin penting terhadap kehidupan di mana tempat manusia menjalankan dan melanjutkan kehidupannya. Air tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting, mengingat hampir semua aktivitas manusia membutuhkan air seperti untuk memasak, makan dan minum, membersihkan badan, kebutuhan rumah tangga lainnya, hingga untuk keperluan sebuah industri. Pada umumnya masyarakat menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari.
Mengapa Cadangan Air Tanah Berkurang?
Ibarat sebuah bak mandi dimana keran airnya selalu menyala dengan jumlah air yang terus mengalir secara terus menerus mengisi sebuah bak mandi hingga penuh, kemudian air di dalam bak mandi digunakan, kemudian terlihat air yang ada di dalam bak tersebut akan menjadi semakin berkurang dan bukannya bertambah.
Kenapa ini bisa terjadi padahal keran air tetap menyala? Hal ini dikarenakan jumlah air yang di gunakan lebih besar dibandingkan banyaknya jumlah air yang mengisi bak dari keran. Fenomena ini juga terjadi pada cadangan air tanah. Air tanah merupakan air yang ada dalam bak, bak adalah tempat air tanah tersimpan (Akuifer). Keran merupakan tempat aliran masuk pada sistem air tanah. Menggunakan air pada bak sama dengan menggunakan aliran keluar pada sistem air tanah.
Cadangan air tanah akan tetap terjaga jumlahnya jika keseimbangan air tanah itu terjaga. Kondisi keseimbangan itu sendiri terjadi jika aliran masuk sama dengan aliran keluar. Contoh sederhananya adalah air hujan yang masuk ke dalam tanah sama dengan air yang keluar dari dalam tanah. Secara alami, aliran masuk dan aliran keluar tidak akan terganggu kecuali ada kegiatan manusia dalam memanfaatkan air tanah secara berlebihan. Contohnya mengambil air tanah dengan sumur pompa secara berlebihan, hal itu membuat aliran keluar menjadi lebih besar dari pada aliran masuk.
Penelitian yang dilakukan dalam jurnal kesehatan masyarakat tentang “Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga”, dijelaskan bahwa pembuangan limbah industri dan rumah tangga di permukaan tanah tanpa melalui pengolahan limbah, baik itu limbah domestik, penggunaan pupuk atau pestisida yang berlebihan di areal pertanian, serta saluran sanitasi yang kurang baik telah menyebabkan penurunan dan tercemarnya kualitas air tanah berdasarkan penilaian parameter fisik, kimia dan biologi.
Berkurangnya ruang terbuka hijau karena telah kehilangan lahan sebagai penyerap air serta tidak ada pengelolaan secara bijak lama kelamaan cadangan air tanah akan berkurang sehingga membuat kelangkaan air tanah bahkan untuk akibat yang lebih ekstremnya bisa terjadi penurunan muka air tanah serta bencana seperti banjir dan kekeringan bisa terjadi karena tidak adanya ketidakseimbangan air tanah.
Baca juga: Menampung Air Hujan, Kenapa Tidak?
Peka Terhadap Pelestarian Air Tanah
Air tanah merupakan kebutuhan bagi semua manusia, maka dari itu dalam pemanfaatannya tidak boleh melebihi batas apa lagi sampai mengekploitasi. Dibutuhkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk melestarikan dengan membangun kecerdasan ekologis berupa pemahaman dan penerjemahan hubungan manusia dengan seluruh unsur beserta makhluk hidup lain. Dalam penelitian oleh Titania Puspita Anggraeni di jurnalnya berjudul “Pentingnya Membangun Kesadaran Pemeliharaan Lingkungan Guna Menjaga Kelestarian Air Tanah”, dikatakan bahwa manusia harus cerdas secara ekologis menempatkan dirinya sebagai control terhadap lingkungannya (Human as in control of the natural environment). Kecerdasan ekologis sebagai empati dan kepedulian yang mendalam terhadap lingkungan sekitar, serta cara berpikir kritis terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar akibat perlakuan manusia
Selain membangun kecerdasan ekologis juga perlu dilakukan mitigasi untuk meminimalkan dampak akibat pengambilan air tanah yang berlebih. Dalam jurnal oleh Titania Puspita Anggraeni serta Putranto dan Kusuma terdapat pembahasan lebih lanjut terhadap mitigasi. Disebutkan bahwa cara alami dilakukan dengan melakukan penghijauan pada daerah resapan air (Recharge area) agar dapat meresapkan air lebih banyak serta melakukan konservasi air tanah dilakukan untuk meningkatkan jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Sedangkan dengan cara buatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pembuatan sistem drainase, pembuatan daerah resapan air tanah, dan pembuatan sumur resapan dan yang paling penting perlu ada perannya pemerintah sebagai upaya penegakan hukum bagi siapa saja yang telah merusak hutan yang merupakan daerah untuk resapan air tanah yang potensial.
Penulis : Endy