mimbaruntan.com, Untan – “Seni perisai bukan hanya sekedar dekorasi, melainkan juga sebagai cerminan tentang keterhubungan manusia, alam yang subur, dan roh yang mengelilingi mereka. Seni perisai Dayak merupakan bentuk nyata bahwa budaya dan alam adalah satu kesatuan,” ungkap Mara.
Hembusan angin terus berhembus mengiringi perjalanan melewati sebuah gang kecil. Pohon-pohon pinang berbaris rapi sepanjang jalan hingga menuju di sebuah rumah lantai dua yang dipenuhi corak khas Suku Dayak Kalimantan berbentuk perisai di setiap sudut rumah. Corak tersebut memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri dari cerita maupun makna yang terkandung dalam kehidupan. Setiap corak yang tergambar dan bentuk yang beragam memiliki fungsi tersendiri.
Di tengah sorotan dunia yang semakin modern, ada sebuah cerita yang terus berkembang di pulau Kalimantan, yaitu seni perisai suku Dayak. Suku Dayak merupakan salah satu suku asli Indonesia yang mendiami pulau Kalimantan, yang masih terus mempertahankan dan melestarikan seni perisai mereka. Adalah Christian Mara, lelaki paruh baya kelahiran Sanggau, Kalimatan Barat, puluhan tahun silam. Ia merupakan seorang seniman Dayak yang telah menghasilkan berbagai karya, mulai dari pantak, perisai, alat musik bahkan lagu. Dalam kunjungan reporter Mimbar Untan menemui dirinya, seutas senyum hangat nan ramah menyambut kami. Lelaki yang akrab dipanggil Mara dengan semangat yang besar membawa kami menelusuri tiap karya hasil jerih payahnya, salah satunya adalah perisai.
Bagi Suku Dayak, seni perisai telah menjadi simbol budaya dan warisan berharga yang dijaga dengan tekun dari generasi ke generasi. Mara menjelaskan bahwa perisai Dayak bukan sekedar sebagai alat perlindungan fisik, melainkan juga memiliki banyak fungsi yang melampaui pertahanan dan pertempuran pada masanya. Sehingga perisai dalam suku Dayak dimaknakan sebagai basis pertahanan bagi mereka. Seiring berjalannya waktu, perisai telah berkembang menjadi simbol budaya, spiritual, dan pameran seni.
“Setiap perisai diberikan ukiran ornamen dan desain yang unik mencerminkan identitas suku, sejarah, dan kepercayaan mereka,” jelas Mara.
Baca Juga:Lahirkan Perspektif Baru, Musik Suguhkan Pengetahuan
Mara melanjutkan bahwa masyarakat suku Dayak percaya bahwa perisai memiliki fungsi spiritual dan kekuatan magis yang dapat melindungi mereka dari roh jahat dan energi negatif. Hingga kini, perisai masih sering digunakan dalam upacara adat, tarian tradisional dan ritual-ritual keagamaan dengan simbol budaya yang menjadi bagian penting dalam penggunaannya. Salah satu jenis perisai yang menarik perhatian adalah perisai bermotif pantak alam. Dibalik ukirannya yang mempesona, terdapat cerita yang mengalir dalam setiap motif yang indah, serta alam dan lingkungan sekitar, yang mengungkapkan keterhubungan suku Dayak terhadap alam dan ekosistemnya yang beragam seperti yang diungkapkan Mara.
“Pantak diletakkan di tengah mencerminkan suku Dayak hidup dalam alam. Di bagian atas dan bawah terdapat corak kepiting yang menggambarkan kehidupan di bawah air juga berlaku di atas air. Kepiting adalah representasi yang sempurna dari kehidupan ganda sebagai makhluk yang hidup di dua dunia, dan menjadi metafora yang mengungkapkan bagaimana suku Dayak menjalani kehidupan mereka dengan kesadaran tentang alam yang ada di sekitar mereka. Kemudian batasan atas dan bawah yang digambarkan dengan selakong banong dan keriang banong yang menyertainya,” jelas Mara.
Ia menjelaskan bahwa kepiting dan buah padi berwarna merah mencolok memiliki makna yang mendalam tentang keseimbangan dan hubungan erat antara alam dengan manusia. Buah padi yang diwujudkan dalam perisai Dayak adalah simbol kehidupan yang harus dijaga dan dilindungi, karena padi merupakan akar kehidupan kita, yaitu makanan seperti Pakis yang dikonsumsi manusia, namun tak perlu ditanam.
“Pakis melambangkan kehidupan-kehidupan di luar kehidupan, tumbuh subur dari tanah gambut yang menyebar sampai ke bawah tanah dan kemana-mana. Ukiran di sini melambangkan kehidupan saya pribadi”, ungkap Mara sembari menunjukkan detail pada motif perisai.
Selain ukiran, warna-warni tradisional dalam perisai juga kaya akan makna. Bagi suku Dayak, kuning memiliki signifikansi yang mendalam, seperti kunyit yang dilambangkan sebagai warna kuning.Sementara bahan lain juga dapat menjadi sebuah warna, misalnya tanah mekajo bisa digunakan sebagai pewarna. Kemudian warna merah dan putih melambangkan keberanian dan kesucian juga.
“Apapun bisa dibuat untuk jadi warna. Minimal dominan itu 4 warna, kalau di Dayak warna langit itu ga masuk ke alam, karna itu alam lepas. Warna itu melambangkan kehidupan kita. Putih dan merah itu tetap kita ambil dari keberanian kesucian juga, merah lambang keberanian,” tegas Christian Mara.
Baca Juga: Temu Pemuda Lintas Iman (Tepelima): Cara Orang Muda Merawat Toleransi dan Keberagaman di Kalbar
Seni perisai bukan hanya sekedar dekorasi, melainkan juga sebagai cerminan tentang keterhubungan manusia, alam yang subur, dan roh yang mengelilingi mereka. Seni perisai Dayak merupakan bentuk nyata bahwa budaya dan alam adalah satu kesatuan. Pemilihan kayu yang digunakan perisai zaman dahulu dengan masa sekarang sangat berbeda. Dahulu perisai dibuat dari kulit kayu merunan dan sebangkui yang hidup di hutan dan memiliki ketahanan yang kuat sesuai dengan kegunaan perisai pada masa itu.
“Dulu perisai dibuat menggunakan kulit kayu merunan dan kulit kayu sebangkui. Kulit kayu merunan sebagai penangkis segala yang tajam seperti peluru ataupun tombak,” papar Mara.
Pemilihan bahan dasar perisai dulu dan sekarang sangat berbeda karena sumber daya yang terbatas. Mara mnegaku kayu-kayu yang digunakan dahulu mudah didapatkan. Namun, berbanding terbalik saat ini sangat terbatas untuk mendapatkan bahan kayu merunan dengan melihat kondisi hutan sekarang.
“Kulit kayu merunan tak lagi digunakan akibat kesulitan mencari bahan dasar tersebut. Perisai sekarang menggunakan jenis kayu mantagon yang memiliki ketahanan yang kuat,” jelasnya.
Penulis: Kristina, Marissa, Chatrin
Editor: Dedek
https://youtu.be/uzOHuU2dyhM?si=0VWcqiRWJFUG5ugN
https://youtu.be/2E3rpDzWxDI?si=A_-G5DsRBMDJMwda
https://youtu.be/cpEgEjx_urY?si=Q5goBNWUgzddypVL