mimbaruntan.com, Untan – Beberapa stan dengan produk yang beraneka ragam dari berbagai daerah di Kalimantan turut meramaikan kegiatan Kick Off Meeting program kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura (Untan) dengan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang digelar pada hari Jumat, 7 September 2018, di Hotel IBIS Pontianak.
Satu diantara 6 stan yang berdiri, diisi oleh berbagai macam kerajinan hasil hutan bukan kayu yang diproduksi oleh kelompok-kelompok pengrajin dengan sebutan kelompok pengrajin Banjar Ceria di Desa Padu Banjar, kemudian kelompok pengrajin Ashoka di Desa Penjalaan, lalu kelompok pengrajin Usaha Kumbang Mandiri di Desa Pulau Kumbang, dan kelompok pengrajin Usaha Baru yang ada di Desa Nipah Kuning. Desa-desa tersebut berada di Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Daniel Johan: 90 Persen Penduduk Kalimantan Barat Bekerja Sebagai Petani
“Barang-barang yang dipamerkan di stan ini berasal dari desa yang berbeda, dan menandakan ciri khas masing-masing desa tersebut,” ungkap Achmad Edi, mahasiswa fakultas kehutanan ketika sedang berjaga di stan.
Barang-barang tersebut dihasilkan sendiri oleh masyarakat desa yang berada di bawah naungan Yayasan Palung. Produk-produk padat dan cair yang dihasilkan antara lain berupa Tas jinjing, Lekar, Tikar, Celengan, keranjang buah, kotak tissue, Asap Cair, Minyak Kelapa, dan Bio-Slurry (Ampas Biogas). Bahan dasar pembuatannya pun berbeda. Untuk produk Tas dan Tikar, dibuat dari bahan dasar Pandan yang dianyam sedemikian rupa hingga membentuk pola sesuai dengan keinginan.
Adapula barang berbahan dasar tempurung kelapa, yaitu celengan yang dibentuk seperti ayam, bebek, dan lainnya. Lidi nipah juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan lekar, dan keranjang buah.
Membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk dapat menghasilkan barang yang berguna dan berkhasiat bagi para konsumen. Seperti pada produk cair yang ditawarkan yaitu Bio-Slurry (Ampas Biogas) yang berkhasiat untuk memperbaiki kondisi fisik tanah, lalu sebagai aplikasi pestisida, bisa juga digunakan untuk pembenihan, lalu sebagai suplemen pakan ternak sapi, babi, dan unggas, kemudian sebagai sumber pupuk kandang untuk kolam ikan, dan untuk budidaya jamur.
Baca Juga: Seminar Nasional Pengembangan Potensi Desa di Lahan Kurang Produktif
Sementara, manfaat produk Asap Cair yaitu sebagai pengental karet alami, deodorant, campuran makanan untuk ternak, penggunaan untuk pertanian, dan sebagai obat luar yang penggunaannya dengan dipanaskan terlebih dahulu. Kemudian pada minyak kelapa yang terbuat dari buah kelapa dalam berwarna bening ini, dapat dikonsumsi secara langsung dengan diminum, atau digunakan sebagai minyak goreng.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari 20.000 hingga 100.000 rupiah. Produk yang dihargai paling tinggi yaitu sebesar 100.000 rupiah, adalah tas jinjing dan tikar dari anyaman pandan.
Ilham Pratama, mahasiswa fakultas kehutanan yang juga sedang menjaga stan, menuturkan bahwa belum ada metode pemasaran melalaui media sosial. “Untuk sekarang belum ada yang mengurus masalah pemasaran di online, mungkin nanti ada,” tuturnya.
Penulis: Nurul R. Maulidia
Editor : Aris Munandar