Seorang mahasiswa yang rela memberikan sumbangsih waktu, tenaga, dan pikirannya untuk organisasi tentu bukan mahasiswa biasa. Apalagi berani menjadi pemimpin yang siap membawa keputusan-keputusan besar dalam roda keorganisasian. Menghadapi situasi terburuk bersama berbagai persiapan kemungkinan, lalu menyambut setiap kesempatan baik yang datang.
Sebuah pengupayaan yang hebat di tengah derasnya tugas kuliah dan tuntutan sebagai mahasiswa yang notabenenya fokus mengembangkan diri dalam dunia akademik. Berani membawa perubahan sekalipun harus mengorbankan banyak hal. Begitulah sebuah penggambaran yang bisa dipetik dari sosok inspiratif di kalangan mahasiswa Universitas Tanjungpura bernama Agung Prawira Elang. Pria kelahiran 31 Agustus 1998 ini merupakan Presiden AIESEC Universitas Tanjungpura 2018/2019 yang juga merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota tahun angkatan 2016.
Kepercayaan, kebaikan, dan kontribusi merupakan prinsip hidup yang dipegang oleh Agung. Menurutnya ketika orang lain menaruh kepercayaan kepadanya, artinya ada sebuah amanah yang harus ia jaga dengan sebaik-baiknya.
Sama halnya dengan berbuat baik, ia percaya bahwa segala sesuatu yang kita berikan kepada orang lain adalah sesuatu yang sebetulnya juga sedang kita berikan kepada diri kita sendiri. Selalu ada balasan untuk tiap hal baik dan itu tidak melulu berupa sesuatu yang dapat kita lihat dan rasakan. Akan ada kebahagiaan-kebahagiaan lainnya yang terwujud dengan berbagai kabar baik untuk disyukuri secara penuh.
Kelak harapan terbesar dalam hidupnya, Agung ingin dapat selalu berbagi banyak hal kepada orang lain. Menjadi bermanfaat dan terus mendedikasikan diri dengan berbagai kontribusi yang bisa ia berikan. “Harus punya kontribusi sekecil apapun itu. Kalau seandainya nda berkontribusi di tempat itu, lebih baik nda ambil kesempatan disitu. Daripada nyusahin.” Ungkap Agung.
Hingga menempuh semester enam perkuliahan, begitu banyak hal berkesan yang telah Agung lakukan. Salah satunya saat ia menjadi ketua panitia dalam kegiatan AIESEC di tahun 2017 yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan yang berlangsung selama enam minggu ini melibatkan mahasiswa dalam dan luar negeri serta volunteer lokal yang ada di Kota Pontianak.
Ia banyak belajar mengenai cara menghadapi berbagai macam pola pikir, kewarganegaraan, dan usia yang serba berbeda. Hingga yang terpenting ia belajar mengenai hakikat menerima dan mengenali diri sendiri.
“Belajar beradaptasi, belajar kuat di tengah masalah, belajar untuk lebih sabar, untuk mendengar bukan menjawab karena gimana caranya kita nyari solusi kalau semuanya ngomong,” katanya.
Tak hanya hebat di organisasi, Agung juga dapat menyeimbangkan kewajibannya dalam dunia perkuliahan. Ia mengaku mendapatkan pengalaman berkesan di kampus ketika mendapatkan tugas besar terutama studio perencanaan. Ia seperti menemukan sisi lain dari dirinya sendiri, belajar menyadari segala bentuk kekurangan meski semua baru terasa di akhir kegiatan tersebut.
Kini sembari mengisi liburan semester, Agung mengikuti kegiatan exchange berbasis sukarelawan di Polandia. Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk dukungan pembangunan berkelanjutan nomor empat tentang edukasi berkulitas.
Ia bertugas untuk meningkatkan kesadaran anak-anak tentang bahasa Inggris dan juga mengupayakan bagaimana cara membuat mereka ingin punya mimpi yang besar dan melakukan hal-hal besar. Selama di Polandia, Agung juga memperkenalkan mengenai budaya dan bahasa Indonesia.
“Kesannya awalnya aku biasa aja sih gak nervous, ternyata tuh nge-handle anak kecil lebih susah daripada yang dibayangkan karena mereka mudah pecah fokus, jadi lebih menantang. Awalnya agak susah untuk dekat sama mereka karena terhalang dengan bahasa dan umur, tapi hari ke hari mereka mulai dekat dan terbiasa, tetap enjoy ngomong pake bahasa isyarat,” ceritanya.
Sebagai seorang yang cenderung menyukai hal-hal dinamis, Agung bercita-cita untuk kelak dapat bekerja dalam suatu pekerjaan yang di mana ia bisa mengembangkan sesuatu di dalamnya. Tidak sekedar bekerja untuk uang, melainkan pekerjaan yang tetap dapat membuatnya belajar banyak hal. Yang pasti tidak membosankan.
Untuk menjawab mimpi-mimpinya tentu Agung tidak berdiam diri. Ia mulai melakukan persiapan dengan tidak melewatkan berbagai kesempatan yang ada. Mulai dari belajar marketing dan sumber daya manusia lewat organisasi, memperbanyak pengalaman baik di dalam maupun luar negeri, memimpin sebuah tim, serta tak lupa mempelajari tata ruang di kelas perkuliahan.
“Aku pengen cari hal-hal yang beda supaya nanti waktu di wawancara orang lain apa yang bikin aku beda dari orang lain dan aku bisa jawab. Pas lagi kuliah aku banyakin nyoba dan gagal, biar nanti pas kerja kita nda terlalu banyak gagal karena pasti tekanannya bakalan beda dan kita tidak bisa main-main lagi,” jelasnya.
Tak hanya sampai di situ. Untuk menjaga semangatnya Agung mempunyai motivasi terbesar dalam hidupnya. Adalah ibunya yang kerap menjadi alasan dari berbagai perjalanan kesuksesannya. Namun seiring berjalanya waktu, ia sadar bahwa ia harus lebih banyak menggantungkan motivasinya kepada diri sendiri sebab tidak selamanya orang lain bisa selalu ada untuknya.
“Satu-satunya orang yang paling bisa diandalin ya diri kita sendiri. Kita bisa doa ke Allah. Pada akhirnya mentalitasnya balik ke diri kita sendiri. Gimana cara kita bisa memotivasi diri,” katanya.
Agung berpesan untuk seluruh anak muda Indonesia agar lebih berani mengambil resiko. Belajar untuk mulai mengambil keputusan sendiri karena sejatinya kita tidak pernah tau kalau kita tidak mencoba dan hal-hal terbaik datang dari keputusan yang tidak pernah kita bayangkan.
“Dalam hal semudah apapun sebagai anak muda kita selalu ngambil keputusan setiap hari setiap detik. Kita ngebiasain diri untuk ambil keputusan yang lebih besar, kecuali masalah kerjasama yang harus didiskusikan. Hal-hal yang terbaik dan luar biasa biasanya terjadi ketika kita ngambil keputusan yang nda pernah kita bayangkan dan itu ngebawa kita ke hal yang lebih besar lagi,” tutupnya.
Penulis: Sekar Aprilia Maharani
Editor : Aris Munandar